Jun 27, 2011

LINGKUNGAN DAN PERMASALAHANNYA (AIR) (Ekonomi Pembangunan)


 PENDAHULUAN

Selama dasawarsa terakhir ini, para ekonom semakin menyadari betapa pentingnya implikasi-implikasi yang ditimbulkan oleh berbagai persoalan lingkungan hidup terhadap keberhasilan upaya-upaya pembangunan ekonomi. Sekarang kita mengetahui bahwa interaksi antara kemiskinan dan degradasi lingkungan itu dapat menjurus ke suatu proses perusakan tanpa henti. Pemanfaatan sumber-sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan kelestariannya tersebut dengan sendirinya meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akhirnya pasti akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan segenap penduduk di negara terebut.

Kerusakan atau degradasi lingkungan juga dapat menyusutkan laju pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan kerusakan lingkungan hidup akan menurunkan tingkat produktivitas sumber daya alam serta memunculkan berbagai masalah kesehatan dan gangguan kenyamanan hidup. Dua puluh persen penduduk dunia yang paling miskin adalah kelompok yang pertama dan yang paling banyak menanggung beban kerusakan lingkungan. Kelompok ini memang merupakan kelompok yang rentan dan rawan. Mereka tidak mempunyai failitas-failitas kesehatan yang memadai atau sanitasi dan persediaan air yang buruk. Karena pemecahan masalah terebut dan berbagai bentuk persoalan lingkungan lainnya senantiasa menyaratkan adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya dan taraf hidup penduduk yang paling miskin, maka pencapaian suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan yang sekaligu ramah terhadap lingkungan pada dasarnya merupakan suatu definsi yang paling fundamental dari istilah atau konsep “pembangunan ekonomi” itu sendiri.

Berikutnya, kita akan memperluas jangkauan pembahasan mengenai lingkungan hidup ini dengan melibatkan persoalan yang lainnya yang tidak kalah penting nya. Yang terakhir, kita akan coba menarik kesimpulan-kesimpulan berdasarkan analisis yang sudah kita lakukan mengenai prospek-prospek penciptaan suatu agenda lingkungan hidup internasional dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan bagi semua negara di dunia.

Setidaknya terdapat tujuh permasalahan yang paling mendasar yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan pembangunan:

1)     Konsep pembangunan yang berkelanjutan dan kaitannya dengan masalah lingkungan hidup

2)     Kependudukan dan sumber-sumber daya alam

3)     Kemiskinan

4)     Pertumbuhan ekonomi

5)     Pembangunan daerah pedesaan

6)     Urbanisasi

7)     Perekonomian global

Sebelum membahasnya secara mendalam, terlebih dahulu kami berikan gambaran secara singkat permasalahan-permasalahan tersebut.

1)    Pembangunan yang Berkelanjutan dan Perhitungan Nilai Lingkungan Hidup

Istilah ini sebenarnya mengacu pada pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa merugikan kebutuhan generasi mendatang. Hal ini penting bahwa pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup di masa sekarang.

2)    Kependudukan dan Sumber-sumber Daya Alam

Lonjakan jumlah penduduk di kawasan termiskin di dunia telah mengakibatkan semakin parahnya degradasi lingkungan hidup atau pengikian umber-umber daya alam yang jumlahnya sudah sangat terbatas, sehingga mengakibatkan penduduk di kawasan tersebut harus menghadapi kesulitan sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

3)    Kemiskinan dan Lingkungan Hidup

Meskipun jelas bahwa kerusakan lingkungan dan tingkat kelahiran yang tinggi berjalan beriringan, akan tetapi bobot pengaruhnya terhadap faktor kemiskinan absolut tidak selalu sama.

4)    Pertumbuhan Ekonomi vs Kelestarian Lingkungan Hidup

Kenaikan tingkat pendapatan dan tingkat konsumi penduduk dari lapisan kaya ataupun miskin sama sama akan membawa konsekuensi berupa kenaikan neto kerusakan lingkungan hidup.

5)    Pembangunan Daerah Pedesaan dan Lingkungan Hidup

Peningkatan input-input pokok pertanian dan diperkenalkannya metode pertanian yang berkelanjutan akan dapat menciptakan alternatif-alternatif pola produksi yang lebih baik daripada pola pemanfaatan yang cenderung tidak ramah lingkungan.

6)    Pembangunan Perkotaan dan Lingkungan Hidup

Emisi dari kendaraan, rumah tangga, dan industri, buruknya fentilasi rumah tangga dapat memperparah kondisi lingkungan perkotaan yang sudah sangat menyesakkan itu. Merosotnya produktivitas karena pekerja sakit yang terkomtaminasi oleh sumber-sumber air tercemar, rusaknya infrasturktur, baru sebagian kecil dari biaya sosial yang harus ditanggung masyarakat karena buruknya lingkungan daerah perkotaan.

7)    Lingkungan Hidup Global

Diperlukannya perhatian dan kerjasama Internasional dalam penyelesaian masalah lingkungan hidup ini. Baik dari negara makmur dan negara yang sedang berkembang.

PEMBAHASAN

Selama dekade 1980-an tingkat kesuburan tanah perkapita merosot 1,9 persen per tahun. Masalah ini pada gilirannya memperparah kelangkaan lahan subur yang kemudian akan memaksa penduduk miskin di daerah pedesaan untuk mengandalkan hidupnya pada lahan-lahan marjinal yang produktivitas dan kesuburannya sangat terbatas. Sejauh ini diperkirakan bahwa lebih dari 60 persen penduduk termiskin di berbagai negara-negara berkembang harus mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan mengandalkan lahan-lahan marjinal yang sulit ditanami. Kecenderungan negatif ini juga semakin diperburuk oleh ketimpangan kepemilikan lahan sehingga jumlah petani yang tidak memiliki lahan garapan sendiri semakin banyak. Itu berarti semakin banyak orang yang mengandalkan hidupnya pada lahan yang ukuran luas dan produktivitasnya semakin terbatas. Keterbatasan lahan juga mendorong mereka untuk merambah ke lahan-lahan yang secara ekologis sangat sensitif. Hutan-hutan yang jumlahnya semakin sedikit segera dibabat dan diolah menjadi lahan garapan dan kebanyakan dari lahan itu mengalami pengikisan kualitas dan kesuburan secara cepat sebagai akibat dari metode-metode pertanian yang sama sekali tidak efisien. Setiap tahunnya, dunia kehilangan sekitar 270.000 kilometer persegi lahan subur. Secara keseluruhan, 1,2 miliar are lahan telah kehilangan kesuburannya. Perununan produktivitas pertanian ini menghilangkan 0,5 -1,5 % GNP dunia setiap tahunnya.
Konsekuensi-konsekuensi Kesehatan serta produktivitas yang Utama atas Terjadinya Kerusakan Lingkungan
Masalah Lingkungan
Dampak Terhadap Kesehatan
Dampak Terhadap Produktivitas
Polusi air dan kelangkaan air bersih
Lebih dari 2 juta orang mati dan miliaran penyakit terjadi setiap tahunnya sebagai dari akibat tercemarnya air; kondisi kesehatan setiap keluarga sangat buruk dan rapuh akibat dari kelangkaan air bersih
Kemerosotan hasil dari budidaya perikanan; waktu para penduduk di desa dan kota banya yang terbuang sekedar untuk mencari air; sebagian kegiatan yang produktif terpaksa ditunda karena air bersih untuk kebutuhan sehari-hari tidak tersedia
Polusi udara
Aneka penyakit akut dan kronis terutama saluran pernafasan dan paru-paru; 300.000-700.000 manusia khususnya anak-anak meninggal secara dini per tahun; 400 juta-700 juta penduduk negara-negara Dunia Ketiga, terutama wanita dan anak-anak megalami gangguan pernafasan karena sistem ventilasi di rumah-rumah yang sangat buruk dan sering dipenuhi oleh kepulan asap kotor yang sangat menyesakkan
Penghentian aktifitas transportasi dan industri pada masa kritis; dampak hujan asam terhadap hutan dan sumber-sumber air  di bawah tanah, yang mengikis kesuburan lahan dan segala  sesuatu yang terdapat di atasnya
Limbah padat dan limbah yang berbahaya
Aneka penyakit akibat banjir dan limpahan sampah; teracuninya air serta sumber-sumbernya yang berskala lokal tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan
Pencemaran atas sumber-sumber air di bawah permukaan tanah
Degradasi kualitas tanah
Penyusutan kecukupan gizi kalangan penduduk yang paling miskin oleh karena lahan mereka semaki tidak mampu menyediakan bahan-bahan pangan secara memadai; kemungkinan menjadi gurun pasir juga semakin besar
Penyusutan GNP antara 0,5-1,5 persen per tahun; pengikisan sumber air di bawah tanah; menyulitkan kegiatan transportasi sungai; dan memukul investasi hidroelektrik
Pembabatan hutan atau deforestasi
Banjir yang akan banyak merenggut harta serta jiwa manusia; risiko penyebaran penyakit
Lenyapnya sumber daya yang sangat berharga, bukan hanya kayu, tetapi juga produk-produk hutan lainnya yang jenis dan nilainya tidak terhitung besarnya
Kemerosotan biodiversitas
Sumber obat-obatan potensial yang sangat berharga lenyap
Penurunan kemampuan adaptasi ekosistem dan hilangnya sejumlah besar sumber daya lingkungan hidup yang esensial, sehingga perlindungan alam kian lemah
Perubahan kondisi atmosfer
Kemungkinan penyebaran bibit-bibit penyakit lama dan baru; tekanan iklim, sinar matahari langsung dan berbagai resiko mengerikan akibat penipisan lapisan ozon ; 300.000 kasus baru penyakit dan kanker kulit per tahun ; kasus katarak (penyakit mata) akibat terpaan langsung sinar ultraviolet
Kenaikan permukaan air laut yang merusakkan investasi-investasi di tepian dan daerah sekitar pantai; perubahan-perubahan produktivitas pertanian secara tidak terduga; gangguan mata rantai kehidupan laut
Text Box: HargaText Box: Harga
c
  PB


Sumber: World Bank, World Development Report, 1992: Development and the Environment (New York’ Oxford University Press, 1992) Tabel 1
            Salah satu masalah lingkungan yang sama-sama dialami oleh penduduk miskin di daerah pedesaan dan daerah perkotaan adalah buruknya kondisi kesehatan lingkungan atau pemukiman yang diakibatkan oleh terbatasnya air bersih dan fasilitas sanitasi. Seperti telah disebutkan diatas, masalah ini mengakibatakan begitu mudahnya berbagai jenis wabah penyakit berjangkit. Diperkirakan bibit-bibit penyakit dari air kotor dan kemudian menyebabkan penyakit tipus, kolera, infeksi perut, disentri dan diare, telah menyebabkan 80 persen dari total penyakit yang diderita penduduk Negara-negara Dunia Ketiga dan sekitar 90 persen kematian anak-anak yang jumlahnya mencapai 13 juta jiwa tiap tahun. Meskipun begitu, jumlah oramg yang harus hidup tanpa air bersihitasi ternyata justru meningkat. Pada periode antara tahun 1970-1984, jumlahnya bertambah 135 juta jiwa. Kondisi- kondisi lingkungan hidup yang begitu buruk dipercaya sebagai factor penyebab utama menyebarnya epidemic kolera di sejumlah Negara Amerika latin dan Afrika pada tahun 1990-an.
            Ledakan pertumbuhan penduduk dan migrasi desa-kota secara besar-besaran semakin menyulitkan upaya perluasan jasa-jasa pelayanan social di daerah perkotaan. Sebagai contoh, upaya untuk menyediakan air bersih bagi semua penduduk di berbagai daerah perkotaan di Amerika Latin pada tahun 2030 mendatang boleh dikatakan merupakan suatu tugas yang mustahil. Dikatakan mustahil karena jumlah orang yang harus dilayani meningkat 250 persen , padahak sekarang pun belum semua orang telah menikmati fasilitas atau jasa-jasa pelayanan sosial tersebut. Angka tersebut sudah membuat kita tercengang, padahal masih ada 1,2 miliar penduduk di daerah-daerah pedesaan yang kebutuhan sanitasinya juga harus dipenuhi. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu, pemerintah dituntut untuk melipatgandakan jasa pelayanan sosialnya antara 400 persen hingga 900 persen. Rata-rata di seluruh Negara-negara Dunia Ketiga, 72 persen rumah tangga baru di daerah perkotaan harus hidup di daerah-daerah pemukiman kumuh. Di Afrika proporsinya bahkan lebih besar lagi, yakni mencapai 92 persen dan sebagian besar diantaranya tidak pernah menikmati jasa pelayanan dari pemerintah.
            Unsur-unsur polusi yang memenuhi udara juga akan mengancam kesehatan penduduk Negara-negara Dunia Ketiga. Ketergantungan penduduk Negara-negara Dunia Ketiga, khususnya yang tinggal di daerah-daerah pedesaan, terhadap bahan bakar biomas (biomas fuel) seperti kayu kering, ranting-ranring, kotoran ternak, dan sampah merupakan salah satu penyebabnya. Ketergantungan itu sendiri sulit dihapuskan sehubungan dengan belum teratasinya kemiskinan absolut yang menjerat leher mereka. Pembakaran bahan bakar biomas (termasuk kotoran ternak) untuk memasak makanan dan merebus air tentu saja menimbulkan polusi dalam ruangan rumah yang cukup tinggi. Pencemaran udara dalam ruangan itu mengancam kesehatan 400 juta hingga 700 juta manusia yang sebagian besar adalah kaum wanita dan anak-anak.
            Di daerah-daerah perkotaan, sumber polusi yang mengancam kesehatan lebih banyak lagi. Menurut laporan WHO (World Health Organization), 1,3 miliar manusia yang hidup di daerah-daerah perkotaan menjalani kehidupan sehari-hari secara berdampingan dengan aneka rupa polutan yang bebahaya. Di masa-masa mendatang, kondisinya akan semakin mengerikan karena diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti jumlah pabrik di daerah-daerah perkotaan di Negara-negara berkembang akan meningkat 600% dari jumlah yang ada pada saat ini. Tentu saja nanti sumber-sumber polutan juga akan berlipat ganda. Sekedar untuk mempertahankan standar kualitas udara perkotaan yang ada pada saat ini sampai dengan tahun 2030 mendatang saja tingkat rata-rata emisi industri-industri di Negara-negara berkembang termasuk generator-generator listriknya, harus diturunkan antara 90 % sampai 95% per unit output.
Model-model Lingkungan Hidup dari Ilmu Ekonomi Tradisional
1.      Sumber- Sumber Daya Milik Pribadi
Dalam model- model ini, teori neoklasik diterapkan untuk mencari pemecahan yang dianggap paling baik guna mengatasi segala macam inefisiensi yang muncul. Teori-teori neoklasik yang diterapkan terhadap masalah- masalah lingkungan hidup tersebut juga menentukan syarat- syarat apa yang harus dipenuhi demi terciptanya alokasi sumber- sumber daya secara efisien. Teori ini menguraikan pula bagaimana kegagalan- kegagalan pasar akan menimbulkan berbagai bentuk inefesiensi lebih lanjut lebih parah. Yang terakhir, teori- teori tersebut juga menyodorkan sejumlah usulan cara dalam rangka mengoreksi distorsi- distorsi tersebut.Para pendukung teori pasar bebas neoklasik mengingatkan akan adanya berbagai bentuk inefisiensi dalam alokasi sumber daya yang akan diakibatkan oleh berbagai hambatan terhadap operasi mekanisme pasar secara bebas ataupun oleh masih bertahannya berbagai ketidak sempurnaan dalam sistem hak kepemilikan. Selama semua benar daya dimiliki oleh pribadi, maka para penganut teori ini berkeyakinan tidak akan ada distorsi pasar, sehingga segenap sumber daya akan dialokasikan secara efisien. Pasar hak milik (property rights) yang sempurna itu ditandai oleh empat karakteristik pokok sebagai berikut:
a.       Universalitas (universality): semua sumber daya yang ada di dalam satu perekonomian yang dimiliki oleh perorangan.
b.      Ekslusivitas (exclusivity): setiap orang yang bukan merupakan pemilik suatu sumber daya tidak akan diperkenankan untuk memenfaatkan begitu saja.
c.       Tranferabilitas (transferability): pihak pemilik sumber daya bisa saja menjual sumber- sumber daya miliknya apabila ia memang menghendakinya.
d.      Enforsabilitas (enforceability): pengaturan distibusi pasar atau segenap manfaat dari sumber- sumber daya tersebut yang harus ditegakkan secara hukum.
Berdasarkan karakteristik tersebut, pemilik suatu semberdaya yang langka akan senantiasa mendapat suatu intensif ekonomi untuk memaksimalkan manfaat neto dari penjualan atau pemanfaatan sumberdaya tersebut. Para penganut teori pasar bebas neoklasik itu juga mengingatkan bahwa jika keempat karakteristik tersebut tidak terpenuhi secara serentak, maka akan timbul inefisiensi. Dengan demikian, cara yang mereka pilih untuk mengoreksi misalokasi sumberdaya adalah dengan mengenyahkan setiap distorsi pasar. Sejumlah model telah dikembangkan untuk menjelaskan proses terjadinya inefisiensi dalam aloksi sumberdaya.
2.      Sumber- Sumber Daya Milik Umum
Jika sebuah sumberdaya langka dimiliki oleh masyarakat secara keseluruhan sehingga bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, maka sebutannya adalah sumberdaya milik umum (common property resource). Dalam hal ini tidak tersedia laba potensial ataupun rente kelangkaan yang bisa dipungut. Namun, perlu dikemukakan bahwa model- model neoklasik tersebut terlalu memusatkan perhatiannya pada masalah efisiensi dan kurang memperhatikan hal- hal lain yang sebenarnya tidak kalah penting, misalnya saja aspek pemerataan atas hasil- hasil yang diperoleh. Distribusi pendapatan bahkan dianggap bukan merupakan suatu hal yang relevan dalam teori tersebut. Akibatnya teori ini sebenarnya telah membutakan mata atas terciptanya distribusu pendapatan yang sangat timpang, dimana hampir semua rente kelangkaan dan manfaa- manfaat ekonomi hanya diterima oleh segelintir orang yang memiliki sumberdaya.
3.      Kritik- kritik Terhadap Model Kepemilikan Umum Neoklasik
Model kepemilikan umum mengasumsikan bahwa penyerapan tenaga kerja secara penuh telah tercipta dan bahwa setiap tambahan pekerja akan senantiasa meningkatkan total produktivitas sehingga tingkat produktivitas marjinal mereka setidak- tidaknya sama besarnya dengan upah yang ia terima. Namun, jika kita menyimak kenyataan perekonomian di negara- negara masih banyak terdapat pengangguran di daerah perkotaan maupun pedesaan, maka kita harus menolak asumsi tersebut. Jika pekerja baru datang dari sebuah keluarga petani yang produk marjinalnya berada dibawah tingkat upah sedangkan lapangan kerja alternatif (diluar pekerjaan yang tengah mereka geluti) tidak tersedia, maka produk marjinalnya memang bisa meningkat, sehingga dengan sendirinya hal tersebut akan menaikkan produk rata-rata tenaga kerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Asumsi yang tidak realitis berikutnya dari model ini adalah bahwasanya pemilik tanah cenderung memaksimalkan laba sehingga ia akan selalu berusaha mencapai tingkat yang optimal. Pada kenyataannya, para pemilik lahan yang luas justru seringkali tidak begitu efisien dalam menggarap lahannya karena mereka cenderung menggunakan lahan- lahan tersebut untuk mendapatkan kekuasaan atau prestise. Dengan demikian jelas bahwa pasar hak kepemilikan (property market) yang sempurna bukan merupakan syarat yang penting bagi terciptanya penggunaan lahan secara efisien. Hal yang sama juga berlaku terhadap faktor- faktor produksi sumberdaya lainnya. Selain itu seandainya petani harus berkumpul pada lahan marjinal sebagaimana yang diisyaratkan oleh model tersebut, konsolidasi kepemilikan lahan ketangan segelintir tuan tanah justru akan memeperparah tekanan populasi yang sudah terlampau berat terhadap lahan- lahan yang telah kehilangan kesuburan sebagai akibat dari proses deforestasi (penggundulan hutan) atau desertifikasi (pengubahan lahan menjadi padang yang gersang).
Kelemahan yang paling mendasar dari model tersebut ditinjau dari perspektif pembangunan, adalah kegagalan dalam memperhatikan masalah- masalah yang sangat penting seperti pemerataan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan- kebutuhan dasar bagi semua anggota masyarkat secara adil. Jadi singkatnya, efisiensi pasar neoklasik kalaupun tercapai akan menimbulkan banyak korban terutama dalam bentuk kemiskinan absolut yang sangat luas dan ketimpangan kesejahteraan yang sangat mecolok. Dan meskipun para teoritisi neoklasik terkadang menyatakan bahwa distribusi bisa diperbaiki melalui perpajakan dan redistribusi pendapatan “secara langsung” (melalui mekanisme kebijakan pemerintah tertentu) yang akan mengalihkan sebagian kekayaan dari kelompok penduduk yang paling makmur kelapisan penduduk yang paling miskin tidak pernah terwujud secara memuaskan. Dengan demikian swastanisasi komersial secara besar- besarpan tidaklah menjadi jaminan akan membaiknya standar hidup mayoritas penduduk yang miskin.
4.      Barang Publik dan Penyakit Publik: Degradasi Lingkungan Hidup Nasional dan Masalah Penunggang Bebas
Disini barang publik diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang, dan kepuasan yang didapat oleh masing- masing orang tidaklah berkurang meskipun barang publik tersebut dinilkmati secara bersama- sama. Contohnya adalah udara yang bersih. Sedangkan yang dimaksud denang menurugan penyakit adalah setiap produk atau kondisi yang menurunkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya secara terus- terus. Contohnya adalah pencemaran udara.
Perbedaan yang paling mencolok antara konsumsi barang publik dan barang normal (yang dimiliki oleh perorangan) adalah permintaan agregat terhadap sumberdaya publik tersebut ditentukan oleh penjumlahan segenap kurva individu secara vertikal, bukan secara horisontal seperti untuk barang- barang privat atau normal.





                          
                           D
                          
                             B
                           A
                          PM                                                        MC
                                                           b         (penawaran)
                           PA                             a                                                                      A      B      A+B
                         0     QA            QB    Q*                                                  0
                                               Kuantitas                                                                     Kuantitas
            (a)Barang publik (penjumlahan secara vertikal)           (b)Barang normal (penjumlahan secara horisontal)

Perbedaan itu bersumber dari kenyataan bahwa banyak individu yang bisa menikmati sebuah barang publik secara bersama- sama dan semua orang akan memperoleh kepuasan yang besarnya sama. Tetapi kita tidak mungkin menikmati sebuah barang privat bersama dengan orang lain dan dalam waktu bersama kita memperoleh kepuasan yang sama besarnya. Jadi, penjumlahan secara vertikal tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa kita dapat menikmati seluruh manfaat yang disediakan oleh sebuah barang publik secara bersama- sama dengan orang lain. Misalnya, biaya marjinal yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan usaha pelestarian terhadap setiap tambahan pohon, sama bengan biaya pemeliharaan hutan plus biaya oportunitas (yakni, segala manfaat atau keuntungan dari pohon yang akan hilang jika pohon tersebut ditebang, misalnya untuk kayu bakar, makan ternak, bahan bangunan, dsb) kurva diatas mengilustrasikan penentuan harga barang- barang publik.
5.      Kelemahan- Kelemahan Kerangka Analisis Barang Publik

Masalah utama yang meliputi mekanisme penentuan harga barang publik, tentu saja, adalah bagaimana mengetahui tingkat harga yang harus dikenakan kepada masing- masing anggota masyarakat. Masyarakat sendiri tidak memiliki insentif untuk repot- repot memikirkan berapa banyak kontribusi yang mereka berikan untuk mengadakan suatu barang publik, karena mereka bisa menikmati dan memanfaatkannya secara cuma- cuma. Pemerintah bisa mengurangi inefisiensi pasar, namun akan sulit untuk menciptakan alokasi sumberdaya yang sempurna sehubungan dengan begitu terbatasnya informasi yang tersedia. Bagaimana mungkin pemerintah bisa mengumpulkan pungutan dari masyarakat yang masih miskin dan banyak diantaranya tidak memiliki pendapatan tetap secara memadai.

Teori-teori neoklasik memang bermanfaat untuk menjelaskan mengapa kegagalan pasar menjurus pada terciptanya alokasi sumberdaya yang tidak efisien dalam perekonomian komersial yang sudah maju. Akan tetapi, aplikasi teori-teori tersebut sangatlah terbatas seandainya dihadapkan pada masalah- masalah didalam perekonomian pasar campuran, apalagi perekonomian yang sama sekali tidak mengenal pasar (perekonomian sosialialis yang serba terencana). Teori tersebut juga tidak bisa diterapkan dikawasan yang penduduknya masih miskin dan tidak memiliki sumberdaya lain kecuali sumberdaya alam yang ada disekeliling mereka.


Pembangunan Perkotaan dan Lingkungan Hidup
1. Ekologi Pemukiman Kumuh di Perkotaan

Kehidupan penduduk miskin di daerah pemukiman kumuh di kota mirip dengan penduduk miskin di daerah pedesaan. Masing-masing keluarga harus bekerja sepanjang hari, pendapatan serba tidak pasti, sulit mendapatkan gizi, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang kurang memadai.

Di berbagai pusat pemukiman kumuh di kawasan Asia, polutan yang mengancam kesehatan bertebaran dimana-mana, baik di dalam maupun di luar rumah. Para wanita tidak menyadari akan ancaman berbagai polusi dari kompor-kompor mereka bagi anak-anak. Dan kalaupun para wanita menyadarinya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi ekonomi yang buruk memaksa mereka untuk menggunakan bahan bakar yang mudah dan terjangkau. Atau kadang asap rokok suami terhadap anak-anak dan istrinya juga.

Di lingkungan kerja juga para penghuni daerah kumuh menghadapi polutan yang sangat berbahaya dari pabrik. Karena gizi yang tidak memadai, daya tahan tubuh mereka pun sangat rendah. Penyakit diare menjadi hal yang biasa bagi mereka. Di keluarga paling miskin, hanya anak laki-laki saja yang akan memperoleh perawatan ketika jatuh sakit. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa semakin cepat sembuh, mereka semakin cepat dapat kembali membantu orang tua mencari tambahan penghasilan. Sehingga tingkat kematian anak-anak perempuan jauh lebih tinggi daripada laki-laki.

Tempat bermain di jalanan juga dipenuhi oleh emisi polutan dari mobil atau kendaraan lain. Kondisi lingkungan fisik dan mental yang demikian buruk menyebabkan anak-anak miskin tidak dapat memenuhi standar dasar akademis. Masa depan yang lebih cerah hanya ada di awing-awang.

Pusat-pusat pemukiman kumuh di berbgai negara-negara Dunia Ketiga tersebut menyerap lebih dari 80% lonjakan penduduk dunia.Awalnya implikasi terberat dari degradasi lingkungan memang dialami daerah pedesaan. Namun dengan derasnya arus urbanisasi, ancaman lingkungan paling berbahaya nantinya justru ada di daerah perkotaan. Proporsi penduduk yang menghuni pemukiman kumuh kini telah mencapai 60%. Akan meningkat seiring terus berlangsungnya migrasi.

Penyakit-penyakit seperti bronchitis dan diare, yang banyak di derita oleh negara berkembang, akan memperberat beban hidup masyarakat miskin.Faktor penyebab lingkungan hidup di daerah perkotaan yang sangat buruk dibagi menjadi 2 kategori pokok, yaitu: pertama, faktor-faktor penyebab yang bersumber atau berkaitan dengan urbanisasi dan pertumbuhan industri. Kedua, keterbatasan pengelolaan kawasan-kawasan pemukiman di daerah perkotaan itu sendiri.

2. Industrialisasi dan Pencemaran Udara di Daerah-daerah Perkotaan

Analisis cross-sectional atas sejumlah negara pada berbagai tingkat pendapatan memberikan hasil-hasil yang mirip dengan survey yang didasarkan pada koefisien Indeks Gini. Studi itu mengungkapkan bahwa pencemaran di daerha perkotaan pada awalnya akan terus meningkat seiring dengan kenaikan tingkat pendapatan nasional, untuk kemudian menurun (dengan adanya pengembangan clean technologies).

Sumber utama pencemaran udara adalah penggunaan energy secara berlebihan, emisi kendaraan, dan pencemaran limbah produksi industri. Industrialisasi selalu meningkatkan buangan limbah baik dalam bentuk emisi langsung maupun melalui pengubahan pola konsumsi dan perlonjakan permintaan terhadap barang-barang manufaktur. Parah tidaknya, adalah tergantung cara pembuangannya. Maka perlu peranan pemerintah dalam mengawasinya agar pengusaha tidak seenaknya membuang limbah tanpa memerdulikan kesehatan penduduk sekitar.

Penanggung utama biaya kerusakan lingkungan hidup justru mereka yang sebenarnya tidak terlibat atas tersebarnya polutan (eksternalitas). Dalam eksternalitas dikenal beberapa istilah seperti “private cost,” “pollution tax,” “social cost.”Sampai batas tertentu, lingkungan memiliki daya tahan atau absorptive capacity yang memungkinkannya untuk menyerap sejumlah polutan secara aman.Sampai batas tertentu, lingkungan memiliki daya tahan atau absorptive capacity yang memungkinkannya untuk menyerap sejumlah polutan secara aman. Sampai batas tertentu, lingkungan memiliki daya tahan atau absorptive capacity yang memungkinkannya untuk menyerap sejumlah polutan secara aman.

Menurut standar-standar dan penelitian WHO, diperkirakan pada dekade 1980-an, 1,3 miliar manusia yang hidup di kota harus menghirup udara yang penuh polutan, dan bahkan 1 miliar orang diantaranya bahkan harus mengisi paru-parunya dengan udara yang dipenuhi oleh sulfur dioksida. Zat kimia lainnya juga meningkat.  Semua limbah yang dihasilkan dari industri mengancam kesejahteraan dan kesehatan manusia, sehingga jika tidak segera diatasi maka pada akhirnya dampak negatif  itu akan mengikis segenap mamfaat yang diberikan sector industry tersebut bagi kemakmuran dan kemajuan ekonomi.

Sejumlah studi kasus menunjukkan bahwa polusi industri di banyak negara berkembang telah mencapai taraf yang sangat membahayakan. Seperti keterbelakangan mental anak-anak di Bangkok, tekanan darah tinggi di 70% anak-anak Mexico City, dan paru-paru kronis di 12,5% penduduk Cubato-Brazil (1980).

Risiko pencemaran di Dunia Ketiga lebih tinggi karena daya tahan penduduk lebih rendah sebagai akibat dari buruknya nutrisi dan pelayanan kesehatan pada umumnya. Yang paling menderita adalah anak-anak karena menghirup polutan 2x lebih banyak daripada orang-orang dewasa.

3. Masalah-masalah Pemukiman serta Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

Keterbatasan air bersih dan fasilitas sanitasi juga menjadi penyebab utama atas memburuknya kondisi kesehatan penduduk perkotaan di negara berkembang. Sekitar 1 m orang di dunia tidak menikmati air bersih dan 1 m lagi harus hidup dengan hanya beberapa tetes air per harinya. Di samping itu masih ada 1,7 m manusia lainnya hidup tanpa sanitasi. Antara tahun 1970-1988, jumlah rumah tangga di Dunia Ketiga yang tidak dilengkapi dengan sarana sanitasi telah melonjak sampai 247% dan keluarga yang tidak dilengkapi dengan air bersih meningkat 56% dari total penghuni perkotaan di dunia harus hidup tanpa air bersih dan fasilitas sanitasi. Mereka terpaksa meminum air dari danau atau sungai yang semakin tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar.

Biaya kesehatan dan ekonomi menjaga salah satu hambatan besar dalam upaya perbaikan standar hidup, khususnya bagi masyarakat miskin. Berjangkitnya penyakit dan epidemic berkaitan erat dengan ketersediaan air bersih dan kemampuan masyarakat tersebut dalam membatasi sumber-sumber penyakit itu sendiri. Penyediaan air bersih dan sanitasi dapat menurunkan tingkat kematian.

Aneka biaya ekonomi yang sangat besar akibat lenyapnya sebagian produktivitas dan biaya pengobatan bisa menyurutkan upaya pembangunan ekonomi. Orang miskin tidak dapat menyekolahkan anaknya dan tidak bisa meningkatkan produktivitas kerjanya sehingga mereka tidak bisa diharapkan memberi sumbangan yang berarti bagi kemajuan ekonomi. Jika penyediaan air bersih dan sanitasi diperbaiki, sumber-sumber penyakit akan jauh berkurang sehingga dana yang ada bisa digunakan untuk hal-hal lain yang akan lebih produktif.

Status ilegal atas pemukiman yang dimiliki oleh masyarakat miskin / “pemukiman liar” menidakmungkinkan kehadiran jasa-jasa pelayanan pemerintah, sementara swasta merasa terlalu riskan untuk masuk ke situ. Akibatnya, penduduk miskin di pemukiman-pemukiman tersebut terpaksa membeli air minum yang elah terkontaminasi, itu pun dengan harga sepuluh kali lipat lebih mahal daripada air PAM. Ironisnya, pengeluaran untuk membeli air minum itu masih harus ditambah lagi dengan biaya merebusnya dengan lebih lama karena kualitas air yang lebih rendah. Di Jakarta sekitar $ 50 juta habis per tahun hanya untuk biaya merebus air. Total belanja untuk air bisa diturunkan jika semua masyarakat bisa mendapat air bersih dari pemerintah atau perusahaan swasta.

Para pengamat mengatakan bahwa biaya-biaya pencegahan kerusakan sumber air (upaya preventif) itu sebenarnya jauh lebih murah daripada biaya rehabilitasi sumber-sumber pendapatan, sumber daya, dan sarana-sarana infrastruktur yang rusak akibat keterlambatan usaha preventif tersebut. Sehingga usaha-usaha untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan demi berlangsungnya perbaikan kondisi hidup perkotaan (khususnya air bersih dan sanitasi) harus segera dilaksanakan.

Perlunya Reformasi Kebijakan

Hampir semua pihak menyadari bahwa tindakan-tindakan yang sudah dilakukan dalam rangka menanggulangi dampak-dampak negatif kerusakan lingkungan hidup belum memadai.Penyediaan fasilitas kesehatan,pendidikan dan jasa penunjang kehidupan sehari-hari seperti sanitasi dan air bersih juga masih memadai.Menurut suatu sumber,sekedar untuk mempertahan kondisi yang ada pada saat ini saja,pembelanjaan untuk program-program itu harus dilipatgandakan dalam waktu beberapa tahun mendatang.Namun,yang tidak kalah pentingnya,struktur dasar dari sebagian program yang sudah ada itu sebenarnya bersifat anti kemajuan.Dewasa ini sedikit sekali anggaran dana yang digunakan untuk penyediaan berbagai bentuk pelayanan sosial yang benar-benar mengakar kepada kepentingan masyarakat luas.Setiap tahunnya,sekitar US$ 10 miliar atau sekitar 0.5 persen dari total GDP negaa-negara berkembang,dihabiskan untuk membiayai penyediaan sanitasi dan air bersih.80% diantarannya digunakan untuk membiayai program-program yang kurang efisien dan hanya 20 % yang efektif,yakni dengan biaya  US$30 per kapita.Pola serupa juga dapat ditemui pada sektor anggaran kesehatan.Berarti program-program bantuan dan pelayanan sosial hanya menjangkau kelompok-kelompok tertentu saja.Sedangkan mayoritas penduduk miskin yang lebih membutuhkannya justru terabaikan.Situasinya nampak makin ironis jika kita ingat bahwa penduduk miskin itulah yang paling banyak terkena dampak negatif akibat kerusakan lingkungan.

Guna memenuhi berbagai target pembenahan di tengah kelangkaan sumber finansial,pemerintah harus mampu dan mau melaksanakan sejumlah perubahan radikal terhadap pola pengelolaan sumber-sumber daya langka yang tersedia.Bila sumber daya yang langka tersebut disajikan kepada para penerima dengan tarif yang sesungguhnya (misalnya pada kasus penyediaan air PAM),maka berbagai macam kelangkaan artifisial negatif lainnya bermunculan.Sebagai contoh,pada negara-negara berkembang,harga yang dibayarkan untuk air PAM hanya meliputi 35 persen dari total biaya pengadaannya.Karena kapasitas terpasang PAM sangat terbatas,maka subsidi pemerintah tersebut pada akhirnya justru jatuh ke orang yang berpenghasilan tinggi.Kelompok penduduk miskin yang sebenarnya lebih  membutuhkan akhirnya justru terpaksa membeli air pada para penjaja yang harganya sepuluh kali lipat.Bahkan banyak pemerintahan negara-negara berkembang menyediakan air PAM itu secara cuma-cuma,termasuk di daerah yang sumber airnya sangat terbatas.Niat baik ini justru mengakibatkan pemborosan sumber-sumber daya yang sangat berharga tersebut.Biaya pengadaan air untuk irigasi juga demikian.Ironisnya,sementara 2 miliar manusia kekurangan air tiap tahunnya,bahkan di beberapa tempat terjadi kelebihan air.

Pola permasalahan serupa juga dapat dilihat dari penyediaan energi serta input-input pertanian.Harga rata-rata yang dibayarkan oleh para konsumen untuk listrik di berbagai negara kurang dari separuh pengadaannya.Selebihnya pemerintah yang menanggungnya.Sebagian besar konsumen itu,lagi – lagi adalah yang berpenghasilan tinggi.Selain itu,pencurian sambungan listrik masih sulit diberantas.

Pengaturan harga yang lebih baik serta serangkaian upaya peningkatan efisiensi mutlak dilakukan demi memperbaiki alokasi sumber-sumber daya dan menghemat devisa ynag semula digunakan untuk mengimpor energi.Kebijakan subsidi pupuk dan pestisida yng biasanya hanya menguntugkan petani-petani besar selain memboroskan dana anggaran pemerintah juga cenderung mempromosikan pertanian monokultur yang mengikis kesuburan tanah dan menyisihkan digunakannya metode-metode pertanian yang berkelanjutan seperti manajemen pengendalian hama secara integratif.

Faktor berikutnya yang memerlukan pertimbangan lebih masak dalam penyusunan rencana kebijakan lingkungan adalah peranan penting yang dimainkan kaum wanita dalam manajemen sumber daya.Sehubungan dengan peran-peran penting yang mereka lakukan sebagai pengelola sumber-sumber air dan bahan bakar,produsen pertanian khususnya bahan pangan dan pelindung kesehatan keluarga,maka pada dasarnya kaum wanita lah yang mengendalikan atau menentukan nasib sejumlah besar sumber daya ini.Sayangnya peran mereka yang sedemikian pentng dan luas sering sekali tidak mendapatkan perhatian dan cenderung diabaikan.Kondisi dan peluang untuk maju yang sangat timpang tersebut selamanya tidak akan berubah,kecuali seandainya kaum wanita memang dimungkinkn dan dibantu untuk itu.

Lingkungan Hidup Global : Kerusakan Hutan Hujan dan Efek Rumah Kaca

Meskipun prediksi prediksi Malthus yang meramalkan akan terjadinya kerusakan lingkungan hidup akan total tidak akan terjadi pada kenyataannya.Namun kita belum bisa menarik nafas lega,karena pada kenyaataannya baru-baru ini dikemukakan bahwa daya dukung bumi bagi kelangsungan hidup manusia kini terancam.Banyak aspek-aspek ekosistem telah rusak dan regenerasinya kini terbatas.Terjadinya penipisan lapisan ozon (ozone depletion) dan terus berlangsungya pemanasan global (global warming) yang mengisyaratkan bahwa iklim global telah berada dalam bahaya.

Perubahan pola penggunaan tanah di banyak negara berkembang itu sendiri lah yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca (greenhouse gases).Diperkirakan proses penggundulan hutan bertanggung jawab atas 25 persen dari total kenaikan emisi CO2 di seluruh dunia.Penggundulan hutan pada dasarnya merupakan pengikisan sumber oksigen terbesar di dunia.

Sebagian besar hutan hujan di dunia ini sudah terkikis.Sekitar 60 persennya telah di babat untuk membuka lahan baru oleh para petani kecil.Setiap tahun 4,5 juta hektar gutan hanya untuk ditebang dan dibakar sementara untuk membuka ladang baru.Sembilan puluh persen diantaranya ulahan yang tidak begitu subur,dan hanya dimanfaatkan beberapa musim panen saja.Setelah tidak ditanami lahan-lahan tersebut dibiarkan begitu saja hingga kemudian dipenuhi oleh alang-lang dan kemudian disewakan sekedar untuk tempat menggembalakan ternak.Pihak pemerintah sendiri pun,kadang-kadang turut memperburuk masalah dengan menyediakan subsidi.Jika pada akhirnya rumput ilalang pada lahan tersebut habis,maka petani-petani tersebut akan merambah hutan lagi dan membuka lahan baru.Sejak beberapa saat yang lalu pemerintah negara Dunia Ketiga (negara-negara di Asia,Afrika dan Amerika Latin) telah menjalankan program penghijauan yang sering kali ditunjang oleh bantuan finansial dari bank-bank pembangunan internasional.Sebuah kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia untuk mengevaluasi program bantuannya sendiri untuk melakukan penghijauan tersebut sangatlah mahal.Rata-rata rumah tangga peladang menghabiskan US$10.000 dan itu pun tidak akan menjamin bahwa perilaku untuk tidak merusak lingkungan berhenti secara permanen.

Karena biaya politik dan ekonomi atas upaya pelestarian hutan seringkali tidak nampak jelas atau bahkan ambivalen,maka upaya tersebut kelihataannya bisa dilakukan tanpa memakan banyak biaya.Pada kenyataanya karena peran hutan hujan tropis yang begitu penting,dalam menjalankan perekonomian domestik negara-negara berkembang,biaya pelestarian hutan itu sebenarnya sangat tinggi (apalagi jika diperhitungkan biaya oportunitasnya).Biaya oportunitas yang muncul dari dari upaya pelestarian hutan hujan selain sangat besar nilainya juga bervariasi bentuknya yakni mulai dari hilangnya salah satu sumber terpenting bahan bakar domestik,berkurangnya sumber pendapatan devisa dari ekspor kayu dan produk-produk hutan lainnya serta hilangnya solusi yang cukup efektif dalam masalah kelangkaan lahan garapan dan tekanan-tekanan populasi.

Beberapa langkah nyata yang harus segera dilakukan dalam rangka melestarikan hutan hujan.Negara-negara Dunia Ketiga perlu meningkatkan efisiensi pemanfaatan ekonomi hutan hujan melalui penyempurnaan pengelolaannya.Pemerintah juga harus berusaha mencari berbagai macam produk alternatif dari hutan yang bsa menghasilkan secara teruss-menerus tanpa perlu merusak hutan.Masyarakat Internasional harus berusaha membantu upaya-upaya tersebut.Banyak cara yang bisa dilakukan oleh negara-negara maju dalam rangka membantu negara-negara berkembang dalam rangka menyelamatkan hutan antara lain,adalah pengurangan hambatan-hambatan perdagangan terhadap produk-produk alternatif yang disebutkan diatas,penyediaaan bantuan finansial tambahan agar negara-negara berkembang tersebut lepas dari metode-metode produksi yang tidak berlanjut.Masyarakat dunia khususnya melalui lembaga-lembaga internasional perlu membentuk dana khusus bagi keperluan reservasi dan pemeliharaan hutan hujan tropis.

Di banyak negara Dunia Ketiga yang utang luar negerinya sedemikian besarnya tentu saja pihak pemerintah sulit untuk menyelengggarakan program pelestarian hutan.Karena hampir semua perhatiannya tertuju pada upaya-upaya untuk membayar utang.Penurunan tingkat fertilitas di sejumlah negara hanya berlangsung sesaat karena begitu dana anggaran untuk keluarga berencana dan kesehatan umum dikurangi,fertilitas mulai merayap naik lagi.Pemotongan sektor-sektor anggaran tersebut dikarenakan untuk disisihkan demi membayar utang ke luar negeri.Penanggulangan kemiskinan terabaikan dan tekanan ppulasi dan praktek pemanfaatan lingkungan yang cenderung merusak lingkungan pun terus berlanjut pula.Kerja keras negara berkembang yang ingin membayar kembali utang-utangnya pun justru menurunkan kepercayaan kreditor untuk memberi pinjaman baru.

Kebijakan-kebijakan stabilisasi dan program penyesuaian perekonomian secara struktural dilakukan oleh negara-negara pengutang atas saran IMF dan Bank Dunia yang mengharuskan dikuranginya dana anggaran untuk berbagai bantuan pelayanan sosial secara besar-besaran.Dalam beberapa tahun terakhir ini sejunlah lembaga pemberi bantuan internasional telah membentuk divisi khusus lingkungan hidup yang bertujuan untuk mempromosikan penyediaaan pinjaman khusus untuk upaya-upaya pelestarian lingkungan.

Pilihan-pilihan kebijakan bagi negara-negara maju dan negara-negara berkembang

1. Apa yang bisa dilakukan oleh negara-negara berkembang
            Ada sejumlah pilihan kebijakan yang tersediabagi pemerintahan di negara negara berkembang, dianataranya :
a)  Penentuan harga sumber daya secara memadai
            Bidang yang paling menuntut reformasi agaknya adalah kebijakan penentuan sumber-sumber daya dari pemerintah. Selama ini kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang ada justru cenderung memboroskan sumber-sumber daya yang langka dan mendorong pula metode-metode industri produksi yang tidak berkelanjutan (tidak ramah lingkungan).
b)  Partisipasi masyarakat
            Efektifitas program perbaikan kondisi lingkungan hidup akan mencapai taraf optimal apabila didukung oleh masyarakat secara keseluruhan. Dukungan semacan ini sangat penting, karena selain dapat menghemat biaya juga akan lebih menjamin tercapainya hasil yang diinginkan.
c) Hak milik dan kepemilikan sumber daya yang lebih jelas
            Apabila hak milik dan kepemilikan atas sumber daya itu tidak dilindungi maka akibat yang ditimbulkan akan sangat buruk. Hilangnya sumber daya yang telah diperjuangkan selama bertahun-tahun tentu saja merupakan pukulan berat bagi keluarga atau rumah tangga yang bersangkutan.
d)  Program-program untuk memperbaiki dan meningkatkan alternatif-alternatif ekonomi bagi penduduk miskin
            Rusaknya lingkungan di daerah-daerahpedesaan sebenarnya dapat dihindari melalui investasi sarana-sarana infrastruktur pertanian seperti pembangunan saluran irigasi dan pengenalan teknik-teknik pertanian yang berkelanjutan
e)  Peningkatan status ekonomi kaum wanita
            Perbaikan pendidikan bagi kaum wanitaseperti upaya peningkatan alternatif-alternatif dan status ekonomi merekaakan meningkatkan biaya oprtunitas waktu kaum wanita itu sendiri, sehingga pada gilirannya akan meneurunkan jumlah anak per keluarga
f)  Kebijakan penanggulangan emisi indudtri
            Kebijakan ini perlu dipertimbangkan oleh pemerintah negara-negara berkembang dalam rangka melestarikan lingkungan hidup.
2. Apa yang bisa dilakukan oleh negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang
Negara-negara industri dapat membantu negara-negara dunia ketiga dalam rangka memperbaiki lingkungan hidup, diantaranya yaitu :
a)  Kebijakan perdagangan negara-negara dunia pertama
            Fokus dari sejumlah besar diskusi mengenai upaya penyelamatan lingkungan hidup bertumpu pada kebutuhan-kebutuhan yang mendesak guna menyelamatkan lingkungan hidup dan penaggulangan kemisikan di negara-negara berkembang.
b)  Pemberian keringanan utang
            Penghapusan atau paling tidak peringanan beban kembali utang luar negeri sangat dibutuhkan demi memberi keleluasan yang lebih besar kepada pemerintahan negara-negara berkembang guna melakukan serangkaian perubahan dan penyesuaiaan dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan
c)  Bantuan dari negara-negara dunia pertama
            Dana bantuan yang berupa investasi diperlukan bagi negara-negara berkembang untuk membiayai program-program pengentasan kemiskinan, usaha peningkatan pelayanan sosial, serta mempromosikan pola-pola produksi yang berkelanjutan atau ramah lingkungan hidup

3.  Apa yang bisa dilakukan oleh negara-negara maju untuk menyelamatkan lingkungan hidup
            Langkah nyata yang dapat dilakuakan oleh negara-negara maju untuk menyelamatkan lingkungan hidup adalah :
a)  Pengendalian emisi
            Kontribusi terbesar yang dapat dilakukan oleh negara-negara maju untuk menyelamatkan lingkungan hidup adalah dengan membuktikan komitmen mereka dalam mencapai lingkungan hidup yang lebih sehat.
b)  Penelitian dan Pengembangan (R&D)
            Negara-negara maju juga harus menjalankan peran kepemimpinannya dalam melangsungkan kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan. Inovasi yang bersumber dari kegiatan penelitian dan pengembanganakan membantu negara-negara berkembang guna mengurangi emisi.
c)  P embatasan Impor
            Melalui impor yang dihasilkan melalui metode yang tidak berkelanjutan dari negara-negara berkembang, negara-negara maju telah menciptakan dampak secara tidak langsung namun sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan hidup. Kerusakan hutan tidak akan terjadi apabila permintaan negara-negara maju terhadap produk yang sensitif terhadap kondisi lingkungan.

PENUTUP
            Degradasi lingkungan hidup yang terjadi semakin parah dan meluas, di wilayah perkotaan, pedesaan dan wilayah hutan. Beberapa indikator, di wilayah kota, semakin kotornya air sungai, semakin meluasnya daerah kumuh (Stum areas), tak terkendalinya penggunaan ruang kota (City Space), tercemarnya air tanah/sumur dan semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Di daerah pedesaan; semakin meluasnya penggunaan tanah negara untuk pertanian (secara ilegal), semakin banyaknya species flora dan fauna yang hilang/punah dan semakin meluasnya tanah miskin (semak belukar dan tanah gundul) serta bencana longsor dan banjir..
            Bila kita menggunakan segenap sumber daya alam secara lebih efisien, kondisi lingkungan hidup akan lebih terjaga dan tentu saja merupakan penghematan secara ekonomis. Sebenarnya dalam taraf individual banyak yang bisa kita lakukan tanpa harus mengeluarkan biaya ekstra demi menyelamatkan lingkungan. Namun dalam skala besar dibutuhkan sejumlah investasi pengembangan teknologi antipolusi dan penyempurnaan manajemen sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA
Todaro,Michael.2000.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh.Jakarta:Erlangga

No comments:

Post a Comment