Nov 19, 2017

Lady in Waiting : Wanita dalam Penantian (Resensi)

Judul Buku : Lady in Waiting
Penulis : Jackie Kendall dan Debbie Jones
Penyunting : Sofian Gunawan Sumardi
Penerbit : Pionir Jaya
Cetak : Cetakan ke-20, Mei 2014
ISBN : 979-542-264-2
Tebal : 180 hlm

Pertama kali membaca judul buku ini apa yang  yang terbersit di benak  kita? Apakah cara menemukan pria yang tepat? Atau bisa jadi cara menarik pria agar menyukai kita? Atau bisa jadi kita berpikir buku ini untuk wanita lajang saja?

Jawabannya adalah salah. Lady in Waiting yang ditulis oleh Jackie Kendall & Debbie Jones ini bukanlah tentang bagaimana menemukan pria yang tepat, namun tentang bagaimana menjadi wanita yang tepat bagi Mempelai Pria Surgawi kita yang sesungguhnya, yaitu Allah.

Jackie Kendall & Debbie Jones sepertinya sependapat dengan budaya Indonesia pada umumnya, dimana wanita menjadi pihak yang menunggu pinangan, Lady in Waiting menuturkan apa yang perlu dilakukan oleh seorang wanita sembari menanti. Bagaimana untuk menjadi seorang wanita yang tepat? Buku ini membahas 10 sifat/ kualitas yang dapat ditemukan dalam tokoh Rut yang dapat kita jadikan acuan untuk menjadi wanita yang tepat. Kualitas seorang wanita dalam penantian yang dimaksud adalah:

1.         Wanita dengan penyerahan tanpa ragu,
2.         Wanita yang rajin,
3.         Wanita yang beriman,
4.         Wanita yang penuh kebajikan,
5.         Wanita yang penuh pengabdian,
6.         Wanita yang murni,
7.         Wanita yang memiliki rasa aman,
8.         Wanita yang puas,
9.         Wanita yang penuh keyakinan,
10.     Wanita yang sabar.

Anggapan sebagian besar wanita bahwa pernikahan dapat menyempurnakan/ mengutuhkan hidup mereka adalah kurang tepat. Jika memang pernikahan dapat menyempurnakan diri seseorang, mengapa ada wanita yang sudah menikah masih merasa sendiri, tidak dimengerti baik suami, atau bahkan mengapa ada perceraian? So, kita perlu mengutuhkan diri kita terlebih dahulu. Jangan mencari keutuhan kita di dalam diri orang lain, karena hanya Dialah satu-satunya yang dapat mengutuhkan diri kita.

Buku ini memberikan beberapa contoh wanita yang mencoba mengatur kehidupannya. Menyandarkan hubungan kepada manusiawi pada akhirnya membawa pada keputusasaan dan kekecewaan. Banyak wanita yang mungkin karena faktor umur yang menurut pandangan sekitar atau pertanyaan orang tua sudah cukup untuk menikah, akhirnya tidak sabar menunggu mempelainya atau bahkan mencoba “menyetel kencan” nya. Buku ini menjelaskan daripada kita sibuk mencoba mencari pria yang menurut kita tepat, kita lebih baik menggunakan waktu penantian kita sebagai sebuah kesempatan untuk bertumbuh lebih dekat dengan Tuhan. Syukuri waktu penantian dengan memanfaatkan sebanyak mungkin untuk bergaul denganNya. Karena ketika sudah menikah, tidak dapat dipungkiri bahwa waktu kita bukan lagi sepenuhnya milik kita sendiri, 24 jam yang kita miliki akan dikurangi dengan waktu kita bekerja baik di kantor, mengurus rumah, mengurus anak, dan mengurus suami. Jika ketika masih sendiri saja kita belum mampu meluangkan  waktu untuk Tuhan, apalagi setelah berkeluarga. Percayalah ketika kita melakukan penyerahan tanpa ragu kepadaNya, Dia akan memberikan apa yang kita butuhkan pada waktu yang tepat.

Di bagian akhir, buku ini memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi diri kita untuk membantu memeriksa diri kita.  Jujur setelah membaca buku ini, saya agak merasa malu dengan kualitas diri sendiri yang masih banyak kekurangan.
Semoga kita bisa menjadi wanita saleh, Seorang Wanita dalam Penantian.

Kelebihan Buku
Buku ini memberikan banyak referensi yang cukup banyak dari ayat-ayat Alkitab terkait topik yang dibahas.



Nov 14, 2017

Salam Inspirasi dari SD SALULITTI

Sebelumnya saya belum pernah dengar apa itu Kelas Inspirasi (kalau Indonesia Mengajar sih sudah). Cerita bermula dari ajakan seorang teman sekantor (Mas Dolly) yang sudah mendaftar Kelas Inspirasi, akhirnya saya ikutan didaftarin (Sampai sekarang saya belum tau apa yang diisikan teman di formulir pendaftaran saya haha). Oh ya, teman yang mendaftarkan saya itu malah ga jadi ikut loh  pas hari H haha :P

Sekilas info bahwa konsep Kelas Inspirasi bermula dari teman-teman Indonesia Mengajar dan beberapa teman profesional yang ingin berkontribusi pada pendidikan Indonesia. Indonesia Mengajar adalah gerakan  yang mengirimkan anak bangsa yang baru menyelesaikan perkuliahannya ke pelosok untuk mengajar Sekolah Dasar selama 1 tahun. Sementara ada teman-teman profesional yang ingin berkontribusi juga bagi dunia pendidikan. Sehingga lahirlah Kelas Inspirasi dimana para profesional turun ke Sekolah Dasar (SD) selama sehari, berbagi cerita dan pengalaman kerja juga motivasi meraih cita-cita.  Para profesional inilah yang selanjutnya disebut relawan pengajar. Prinsip dari Kelas Inspirasi ini adalah bebas dari kepentingan dan tanpa biaya. Jadi pendanaannya murni berasal dari sumbangan/iuran relawan sendiri untuk pengeluaran-pengeluaran yang timbul dalam pelaksanaan Kelas Inspirasi.

Awalnya saya sempat ragu sih untuk berdiri di depan puluhan siswa SD untuk menjelaskan profesi (dalam hal ini auditor). Sebenarnya dulu pernah ikut mengajar anak SD Binaan BEM (alias les sore gratis) ketika ikut organisasi waktu kuliah, namun ketika itu hanya mengajarkan pelajaran biasa..berbeda dengan kelas inspirasi dimana kita harus mengenalkan profesi auditor yang sangat tidak familiar agar dapat dimengerti oleh anak SD dengan bahasa yang sangat sederhana. Tetapi kemudian saya juga merasa tertantang mengapa selama ini biasa bisa berdiri menjelaskan siskeudes atau lainnya di depan aparat kabupaten dan aparat desa, sementara hanya menjelaskan di depan anak SD masa tidak berani.

Sebelum pelaksanaan Kelas Inspirasi, seluruh relawan diberikan briefing tanggal 5 November 2017 di Aula Kantor Bupati Mamuju. Pada acara briefing ini panitia memberikan materi mengenai cara-cara untuk membuat suasana kelas menjadi menarik dengan BOMBER-B dan teknis pembagian lokasi. Untuk Kelas Inspirasi Mamuju #4 dilaksanakan tanggal 11 November 2017 pada 11 Sekolah Dasar di Kecamatan Papalang ..10 SD biasa dan 1 SLB (Fyi, Kelas Inspirasi Mamuju sebelumnya sudah 3 kali dilaksanakan yaitu Tahun 2014, 2015, dan 2016). Nah saya kebagian jadi relawan di Tim 5 nih yaitu SD Salulitti. Untuk setiap tim terdiri dari relawan pengajar, foto dan videografer, serta fasilitator. Tim kami lebih banyak berkoordinasi via wa

Sehari sebelum hari H pelaksanaan Kelas Inspirasi, tim kami sepakat untuk menginap di dekat lokasi mengingat perjalanan dari Kota Mamuju ke lokasi sekitar 2 jam lebih, terlalu mepet untuk apel pagi. Karena ada yang masih kerja maka tim berangkat dalam tiga kloter..saya dan beberapa teman akhirnya berangkat jam setengah 9 malam setelah sempat tertunda karena hujan.  Kita menginap di rumah seorang guru SD Salubotteng. Oh ya, relawan pengajar Tim 5 dari 12 orang relawan yang lolos diterima, hanya 4 orang yang hadir pada saat pelaksanaan Kelas Inspirasi
Here we are 'TIM5 SD SALULITTI"
Pada hari H, kita berangkat ke sekolah dengan melalui perjalanan yang lumayan wow.. Sekolah hanya bisa ditempuh dengan menggunakan motor. Salah seorang fasilitator (Zaskia) berkali-kali hampir jatuh. Kondisi jalan di beberapa bagian batu lepas dan jalannya lumayan sempit karena hanya sebelah alias “jomblo” katanya haha..ditambah habis hujan, jalannya semakin licin. Sempat beberapa kali kita turun dari motor dan berjalan karena kondisi jalan yang kurang memungkinkan untuk dilalui dengan boncengan.

Sekolah hanya bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor

Sampai di sekolah, sepatu dan celana bagian bawah penuh tanah ditambah rembesan air dan debu dari rumput yang tumbuh sepanjang jalan. Awalnya saya sudah agak malas duluan karena kaki udah agak gatal. Tapi demi adik-adik gapapa deh, harus semangat. Disana, kita disambut oleh kepala sekolah dan guru. Kondisi sekolah lumayan memprihatinkan, beratap seng, berdinding papan dan lantainya masih tanah. Tenaga pengajar hanya ada 3, kepala sekolah yang sudah berstatus PNS dan 2 orang lulusan SMA tenaga honorer. Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak, juga kondisi bangunan, ruangan hanya ada empat, satu ruang guru dan tiga ruang kelas..dua kelas di gabung di satu rungan, kelas 1 dan 2, kelas 3 dan 4, kelas 5 dan 6. Adik-adik juga walaupun sudah menggunakan pakaian seragam, tetapi masih banyak yang tidak memakai sepatu.
Kondisi ruang belajar dan adik-adik masih banyak yang menggunakan sandal
Dengan adik-adik kelas 4,5, dan 6
Kegiatan kita mulai dengan upacara sekaligus perkenalan singkat di lapangan (Oh ya, saya jadi dirjen dadakan dengan suara fals haha). Karena jumlah siswa yang tidak terlalu banyak, kami putuskan untuk menggabung kelas 1, 2, dan 3 dalam satu ruangan dan kelas 4, 5, dan 6 satu ruangan. Saya kebagian partner mengajar seorang statistisi namanya Amelia. Pada sesi I saya dan Amel mengisi kelas 4-5-6, sedangkan ruangan satunya kelas 1-2-3 diisi oleh Mba Ona (Guru) dan Mas Rahim (Developer). Kelas kami mulai dengan perkenalan nama dan penjelasan profesi kita masing-masing. Seperti perkiraan sebelumnya, profesi kita sangat tidak familiar, apalagi bagi anak SD. Saya mencoba menjelaskan profesi auditor dengan mengaitkannya dengan cerita detektif conan dan uang jajan. Kemudian kita lanjut dengan permainan dan ice breaking dengan  disisi  pelajaran. Ruangan kita buat interaktif dengan memberikan pertanyaan dan memberi apresiasi untuk adik-adik yang bisa menjawab. Cita-cita mereka tidak jauh dari guru, dokter, dan dan polisi. Di akhir kelas, tidak lupa kita tetap memberikan pesan moral untuk adik-adik untuk mencapai cita-citanya. Setelah 45 menit, kita berganti kelas..saya dan amel mengisi kelas 1-2-3. Sama dengan sebelumnya, namun disini kita lebih banyak bermain dan menggunakan bahasa yang lebih sederhana mengingat adik-adik di ruangan ini lebih muda dari ruangan sebelumnya.

Upacara Bendera di Lapangan
Masuk kelas sambil menirukan gaya bebek

Partner mengajar (sedang bermain ice breaking)

Membantu menuliskan cita-cita mereka di mahkota (sebagai penyemangat)
Setelah sesi II berakhir, kita lanjut dengan main cat dan pohon impian, dimana adik-adik kita minta menuliskan cita-cita mereka dan kemudian ditempel pada pohon impian. Terakhir, kita lanjut dengan closing dan pamitan kepada guru. Kita lanjut perjalanan ke Kantor Camat Papalang untuk evaluasi kegiatan.

Bermain cat
Pohon Impian Siswa/i SD Salulitti
Berfoto Bersama Siswa/i dan Guru-guru SD Salulitti
Semoga apa yang kita lakukan dapat memberi inspirasi kepada adik-adik, bahwa selain dokter dan guru masih banyak profesi lain. Apapun cita-cita adik-adik semoga tercapai. Dan semoga sekolah SD SALULITTI dapat perhatian dari pemerintah untuk perbaikan sarana dan prasarana sekolah beserta tenaga pengajar.

Salam Inspirasii.. Sehari Berbagi Seumur Hidup Menginspirasi

Salam Inspirasi dari TIM 5 SD Salulitti