Jul 14, 2019

Sailing Komodo: Enjoy the Beauty of Indonesia

Setelah sebelumnya saya membagikan Trip Waerebo, kali ini saya akan membagikan pengalaman trip Sailing Komodo. Ceritanya, saya sudah dari 2 tahun yang lalu ingin ke Labuan Bajo (jauh sebelum kejadian kebakaran Pulau Gili Lawa).  Keinginan kesana beberapa kali batal karena jadwal penerbangan yang bisa dikatakan “kurang pas” (nasib penempatan di kota kecil dengan sedikit pilihan penerbangan) dan butuh hari libur yang banyak karena saya ingin sekaligus ambil trip Waerebo dan Sailing Komodo

Jika Waerebo saya ikut privat trip, berbeda dengan Sailing Komodo saya ikut open trip dengan travel yang berbeda (kebetulan jadwal trip pas dan jumlah minimum peserta terpenuhi). Apa beda privat trip dan open trip? sudah ada di tulisan saya sebelumnya hehe. Sebenarnya ada beberapa travel yang menawarkan Trip Waerebo+Sailing Komodo sekaligus, namun ketika saya cari tidak menemukan travel dengan jadwal dan fasilitas sesuai keinginan.  Biaya Open trip Sailing Komodo 3 Day 2 Night yang saya ikuti adalah 2,5jt (biayanya sama dengan biaya ketika saya ikut privat trip Waerebo). Harga ini di luar tip untuk guide dan sewa kapal 1,5jt jika kita ingin dijemput kapal kembali ke bandara mendahului rombonga (mahal??..ya begitulah memang wisata di negara kita. Kalau dihitung cost transport, biaya trip, penginapan h-1 ya sudah bisa menjelajah ke luar Asia. Tapi ya kembali lagi ke Preference masing-masing orang lebih milih kemana). 

Sailing Komodo 3D2N itu bagaimana maksudnya? Sesuai dengan sebutannya, kita akan berlayar mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitar Pulau Komodo dengan menggunakan kapal. Kita akan makan dan menginap di kapal selama 3 hari 2 malam. Kita hanya akan turun ke darat jika sedang mengunjungi tempat wisata. Jadi, bagi yang mabuk laut sangat tidak disarankan karena kita akan merasakan gelombang laut selama 3 hari. Bisa jadi tidak terlalu terasa gelombang lautnya, namun bisa jadi sangat terasa (seperti perjalanan menuju Pulau Padar).

Trip dimulai dengan penjemputan dari penginapan ke Dermaga Kampung Ujung. Saya sudah di Labuan Bajo sehari sebelum trip di mulai. Seluruh peserta akan dijemput dari bandara atau penginapan lalu berkumpul di Dermaga Kampung UjungKami ada 7 orang dalam 1 rombongan. Dermaga ini dari pagi sampai siang hari menjadi meeting point wisatawan yang akan menyeberang, namun sore sampai malam akan berubah menjadi kawasan wisata kuliner seafood.

Beberapa peserta dan kru travel
Dermaga Kampung Ujung
Setelah kapal mulai berlayar meninggalkan dermaga, peserta langsung disuguhi jus sebagai welcome drink. Inilah penampilan rombongan kami.
Seluruh peserta rombongan kami
Perjalanan pertama adalah mengunjungi Pulau Kelor. Pasti sudah sering dengar ungkapan “dunia tidak selebar daun kelor” ya. Seperti yang kita tau bahwa daun kelor tidak lebar, begitu juga pulaunya, tidak terlalu besar.
Pulau Kelor
Kita trekking sekitar 15 menit untuk sampai ke puncak Pulau Kelor dan bisa berfoto dengan view yang luar biasa indahnya. Biasanya jalur trekking macet akibat banyaknya pengunjung yang antri buat berfoto. Waktu tempuh trekking yang sebenarnya cukup 15 menit, namun untuk dapat kesempatan berfoto bisa sampai 1 jam.

Setelah lelah bermacet-macet ria, this is it. Pemandangan dari puncak Pulau Kelor. Walaupun sudah sering melihat pantai, namun kombinasi biru laut dan hijaunya gunung serta putihnya pasir disini tetap membuat saya berdecak kagum. Setiap tempat memang memiliki keindahan sendiri. Kita susah membandingkan tempat ini lebih bagus dari tempat itu.

View dari Puncak Pulau Daun Kelor
Setelah turun trekking, di Pulau kelor juga kita dapat menikmati pantai dengan bermain pasir, berenang atau sekedar menikmati pemandangan.

Setelah puas menikmati Pulau Kelor, perjalanan dilanjut ke Pulau Pempe dan Pulau Manjarite. Ditengah perjalanan, kami menyantap makan siang yang sudah disiapkan travel.  Ada yang mau makan siang dengan view seperti ini?
Pemandangan pantai di Pulau Pempe menurut saya biasa saja. Saya lebih tertarik dengan tebing-tebing di Pulau ini. Nah ada sedikit cerita, teman saya di foto adalah kenalan ketika di Desa Waerebo (yang saya sampaikan backpacker-an bareng suaminya pada artikel trip Waerebo). Kebetulan di trip Sailing ini kami satu travel agent tapi beda rombongan. Inilah salah satu nilai plus kalau kita ikut trip, bisa menambah kenalan baru.
Pulau Pempe with Mba Ulfa
Di Pulau Manjarite wisatawan biasa akan snorkeling, namun kemarin saya tidak ikut turun. Saya hanya menunggu di kapal karena sedang halangan (biasa, wanita). Setelah peserta lain selesai snorkeling, kami disuguhi snack sore. Semua makanan dan snack ciki2 sudah bagian dari fasilitas trip. So, sebelum ikut trip pastikan apakah snack sudah include dalam fasilitas agar tidak mubajir. Pengalaman kemarin, kami bawa snack masing-masing karena mengira snack yang disediakan hanya gorengan atau kue. Ternyata snack yang disediakan travel cukup banyak, sehingga sampai kembali dari pulau pun snack masih banyak tersisa. Yang jelas setiap selesai trip, angka timbangan biasa akan bergeser ke kanan. Entah kenapa selera makan selalu naik ketika traveling. Mungkin pengaruh mood dan view ya hehe
Snacking time
Perjalanan berlanjut ke Pulau Kalong. Kami sampai di pulau ini tepat menjelang sunset. Disini kita menikmati sunset beserta pemandangan kalong (kelelawar) yang baru keluar sarang untuk mencari makan. Kita sering dengar perumpamaan “mata kalong” yang menyamakan seperti kalong yang keluarnya menjelang malam. Sambil menunggu makan malam disiapkan, kami mencoba berfoto dari berbagai sudut kapal hehe
           
Sunset di Pulau Kalong
Seperti Dora the Explorer aja ya? haha

Setelah makan malam, peserta rombongan leyeh-leyeh di bagian depan kapal menikmati angin malam, suara ombak, dan pemandangan bintang. Awalnya kapal akan menginap/bersandar di pulau ini, namun kapal akhirnya bersandar di Pulau Kambing. Pulau tersebut tidak terlalu jauh dari Pulau Padar. Diperkirakan akan ada banyak pengunjung besok hari, sehingga kita harus sampai Pulau Padar lebih pagi.


Subuh sekitar setengah 5 kita mulai bangun dan bersiap untuk trekking ke Pulau Padar yang jadi salah satu ikon wisata Labuan Bajo. Kita mau melihat sunrise di Padar. Gelombang laut mendekati Pulau Padar lumayan terasa. Saya yang agak cuek, sempat agak merasa was was. Jam 5 kita mulai trekking Pulau Padar. Jalur trekking menuju Puncak Padar hanya 45 menit. Namun karena banyaknya pengunjung, menyebabkan jalur trekking macet dan antri untuk berfoto.

Sekedar info, Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga pulau besar, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar, serta pulau kecil lainnya. Paket trip yang saya ikuti mengunjungi 2 pulau besar tersebut, yaitu Pulau Padar dan Pulau Komodo. Sebagian besar wilayah pulau adalah savana habitat spesies komodo.

Sepanjang perjalanan dari kapal ke puncak, kita bisa melihat di beberapa bagian kiri dan kanan jalan ada bunga. Jalur trekking di Pulau Padar sudah dibuat tangga dari kayu pada beberapa bagian (tidak seluruhnya). Setelah perjuangan trekking dan antri lumayan lama, akhirnya kita disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Membuat kita akan berdecak kagum akan ciptaanNya.
Puncak Pulau Padar
Bagi yang hendak trekking ke Pulau Padar, ada beberapa tips: pertama kalau bisa sepagi mungkin agar tidak panas dan pengunjung belum terlalu banyak; kedua jangan lupa mengoleskan sunblock dan memakai topi serta alas kaki yang nyaman; ketiga sebaiknya menggunakan baju lengan panjang/selendang sebagai luaran (yang bisa tinggal dibuka jika ingin foto seksoi di Puncak Pulau Padar) karena ketika kita turun, matahari cukup menyengat; keempat siapkan stamina dan membawa air mineral karena akan menahan panas berjam-jam; dan kelima ketika hendak berfoto sebaiknya sudah siap baik kostum, topi, kacamata hitam dan ide pose karena banyaknya antrian akan membuat tidak nyaman untuk mencoba berbagai pose. Semoga menikmati trekking yang nyaman dan dapat foto yang epic!
View Long Beach
Feel free..
hempas haha
Saatnya kita kembali ke kapal, saatnya mengisi kembali stamina yang sudah terkuras..sarapan sudah menanti. Setelah stamina sudah kembali terisi, saatnya kita melanjutkan perjalanan ke Long Beach. Informasi dari guide, pantai ini hampir sama dengan Pink Beach. Saya cukup penasaran dengan pantai ini. Bagaimana mungkin pasir bisa berwarna pink?  Mari kita buktikan benarkah demikian.

Semua foto disini adalah hasil dari HP sendiri yak hehe. Ternyata benar, pasirnya kelihatan pink ya saudara-saudara haha. Damai sekali melihat pemandangannyaa..feel  free


Berdasarkan penjelasan guide, warna pink ini berasal dari karang merah yang hidup dan tumbuh di lautan dan kemudian terkikis oleh derasnya air laut. Hasil kikisan ini menjadi serpihan dan bercampur dengan pasir pantai. Hal ini menjadikan warna pasir berubah menjadi warna merah muda/pink. Warna pink akan terlihat semakin jelas setiap kali pasir tersapu air laut.

Di pantai Long Beach juga terhampar pemandangan rumput yang cukup kece untuk dijadikan background sesi pemotretan hehe. Guide menawarkan untuk mengambil gambar, dengan senang hati saya langsung berpose hehe. Walaupun posenya akhirnya diarahkan guide. Maklum, bukan orang yang fotogenik.
Perjalanan kita lanjut ke destinasi berikutnya, yaitu Pulau Namong dan Pulau Komodo. Nah, ini membuat saya agak galau sendiri. Pernah baca kalau komodo itu sangat tajam penciumannya terhadap darah dan menarik mereka untuk memangsa. As i told, I have my period. Membayangkannya membuat saya agak bergidik. Namun saya merasa sayang sudah jauh-jauh namun tidak melihat spesies langka ini. Akhirnya saya sampaikan dengan sedikit malu kepada guide kami. Puji Tuhan, katanya sudah pernah membawa wisatawan dengan kondisi yang sama dan aman ketika bertemu komodo. Yang penting saya dititip dan dijaga khusus satu orang guide lokal Pulau Komodo katanya. Baiklah..saya pun lega. Inilah salah satu pentingnya guide jika kita mengeksplor tempat yang belum terlalu kita tau medannya. Daripada bingung sendiri, lebih baik disampaikan ke guide, pasti ada solusi.
               
Rombongan kami with 
spesies langka, penghuni 
Pulau Komodo hehe

Begitu turun dari kapal dan melewati gerbang, kita langsung melihat kambing-kambing di pinggir pantai. Kambing kan takut air, ngapain disana? Kambing ini adalah santapan bagi spesies komodo.


Kalau kata guide, komodo adalah binatang yang suka kamuflase. Lihat saja posenya seakan sedang bermalas-malasan dan tiduran begitu. Padahal itu juga bisa saja berpura-pura dan sudah siap untuk menerkam mangsa.

Di Pulau Komodo, wisatawan bisa menikmati air kelapa sambil menikmati pemandangan laut dari pinggir pantai. Setelah puas menikmati pulau, kita kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan ke Pantai Pink alias Pink Beach. Namun kita hanya mampir sebentar disana karena memang pantainya hampir sama dengan Long Beach.

Destinasi untuk hari ini sudah selesai, kita kembali ke kapal untuk mandi, menyantap makan dan snack malam, serta beristirahat. Makan terus. Yess

Keesokan paginya kita lanjut ke Taka Makassar. Tapi kita isi perut dulu biar ada tenaga. Ini adalah sarapan terakhir sebelum siangnya trip berakhir. Ada yang tidak mau sarapan dengan view seperti ini? Sarapan sehat dengan view yang sehat bagi mata. Kombinasi yang pas hehe
Setelah sarapan, kita bergegas ke Pulau Taka Makassar dengan perahu kecil. Kita pindah ke kapal kecil karena Taka Makassar sangat kecil dan tidak memungkinkan kapal untuk bersandar. Pulau ini merupakan gundukan pasir putih di tengah laut. Pulau seperti ini sudah beberapa kali saya jumpai, seperti di Kepulauan Seribu dan ketika Trip Raja Ampat dulu.
 

Kok ada juice?? Ini dibawa guide dari kapal (pasangan roti, menu sarapan). Niat banget? Yes, aku juga sempat ngetawain. Eh, ternyata berguna juga sebagai properti sesi perfotoan hehe

Perjalanan kita lanjut ke destinasi berikutnya, yaitu Manta Point. Jarak kedua pulau ini hanya 10 menit. Jika 2 hari sebelumnya saya menahan diri untuk snorkeling, kali ini tidak. Saya ingin melihat Manta alias Pari besar (karena waktu trip Raja Ampat dulu gagal, mantanya tidak muncul).

Untuk bisa melihat manta, katanya perlu keberuntungan. Beberapa kali guide kami membawa wisatawan sebelumnya, namun mantanya tidak muncul. Untungnya, ketika kami kesana lumayan banyak manta yang muncul. Saya hitung ada sekitar 8-10 ekor manta. Bisa melihat dari dekat tidak gampang, kita perlu berenang cepat untuk mengikutinya. Apalagi ketika itu arus air cukup deras.
Di Manta Point, saya ga punya foto dan video sama sekali. Ko bisaa?? Awak kapal yang ikut nemenin kita snorkeling, menawarkan diri untuk bawa Go Pro eike. Saya kira sudah pengalaman, langsung ngasih kamera saja. Ternyata satu pun video tidak tersimpan, padahal sudah beberapa kali ada manta yang dekat..huhu

Manta Point adalah destinasi terakhir yang saya ikuti. Sebenarnya ada 1 destinasi lagi, yaitu Pulau Kanawa. Namun karena jadwal pesawat saya setengah 4 sore, saya harus segera bergegas ke bandara. Saya dijemput kapal sewaan. Berapa tarifnya dari Manta Point ke Dermaga Kampung Ujung? 1,5jt! Mahal? Yes, mereka sudah tidak ambil untung (katanya). Padahal kalau mengikuti rombongan tidak akan bayar lagi,karena sudah include di trip. Untungnya ada 2 wisatawan lagi dari grup lain yang ikut, lumayan bisa berbagi.

Kenapa tidak kembali bareng rombongan? Ini sebenarnya sudah saya konsultasikan dengan travel awal yang saya daftar. Mereka  menyatakan aman jika saya ambil tiket di atas jam 3 karena jadwal trip sudah berakhir di jam tersebut. Saya ambil tiket pesawat setengah 4 sore. Tetapi ternyata travel tersebut mengover saya ke travel lain yang mana jadwal tripnya belum berakhir di jam tersebut. Saya tahu hal ini setelah trip Sailing dimulai, namun saya kira penjemputan akan ditanggung travel karena ini bukan kesalahan saya. Sempat kesal, tetapi ya sudahlah. Begitulah perjalanan, harus dinikmati. Seringkali yang terjadi tidak sesuai rencana, butuh fleksibilitas dan solusi cepat. Traveling akan membuat kita belajar banyak hal.

Setelah sampai di dermaga, kami diantar ke bandara. Trip pun berakhir.

Untuk Trip dalam kota Labuan Bajo pada hari pertama disana, akan saya bahas di tulisan terpisah.

Semoga bermanfaat.