Setelah sebelumnya saya membagikan Trip Waerebo, kali ini saya akan membagikan pengalaman trip Sailing Komodo. Ceritanya, saya sudah dari 2 tahun yang lalu ingin ke Labuan Bajo (jauh sebelum kejadian kebakaran Pulau Gili Lawa). Keinginan kesana beberapa kali batal karena jadwal penerbangan yang bisa dikatakan “kurang pas” (nasib penempatan di kota kecil dengan sedikit pilihan penerbangan) dan butuh hari libur yang banyak karena saya ingin sekaligus ambil trip Waerebo dan Sailing Komodo.
Jika Waerebo saya ikut privat trip, berbeda dengan Sailing Komodo saya ikut open trip dengan travel yang berbeda (kebetulan jadwal trip pas dan jumlah minimum peserta terpenuhi). Apa beda privat trip dan open trip? sudah ada di tulisan saya sebelumnya hehe. Sebenarnya ada beberapa travel yang menawarkan Trip Waerebo+Sailing Komodo sekaligus, namun ketika saya cari tidak menemukan travel dengan jadwal dan fasilitas sesuai keinginan. Biaya Open trip Sailing Komodo 3 Day 2 Night yang saya ikuti adalah 2,5jt (biayanya sama dengan biaya ketika saya ikut privat trip Waerebo). Harga ini di luar tip untuk guide dan sewa kapal 1,5jt jika kita ingin dijemput kapal kembali ke bandara mendahului rombonga (mahal??..ya begitulah memang wisata di negara kita. Kalau dihitung cost transport, biaya trip, penginapan h-1 ya sudah bisa menjelajah ke luar Asia. Tapi ya kembali lagi ke Preference masing-masing orang lebih milih kemana).
Sailing Komodo 3D2N itu
bagaimana maksudnya? Sesuai dengan sebutannya, kita akan berlayar mengunjungi
tempat-tempat wisata di sekitar Pulau Komodo dengan menggunakan kapal. Kita
akan makan dan menginap di kapal selama 3 hari 2 malam. Kita hanya akan turun
ke darat jika sedang mengunjungi tempat wisata. Jadi, bagi yang mabuk laut
sangat tidak disarankan karena kita akan merasakan gelombang laut selama 3
hari. Bisa jadi tidak terlalu terasa gelombang lautnya, namun bisa jadi sangat
terasa (seperti perjalanan menuju Pulau Padar).
Trip dimulai dengan penjemputan dari penginapan ke Dermaga Kampung Ujung. Saya sudah di Labuan Bajo sehari sebelum trip di mulai. Seluruh peserta akan dijemput dari bandara atau penginapan lalu berkumpul di Dermaga Kampung Ujung. Kami ada 7 orang dalam 1 rombongan. Dermaga ini dari pagi sampai siang hari menjadi meeting point wisatawan yang akan menyeberang, namun sore sampai malam akan berubah menjadi kawasan wisata kuliner seafood.
Setelah kapal mulai berlayar meninggalkan dermaga, peserta langsung disuguhi jus sebagai welcome drink. Inilah penampilan rombongan kami.
Trip dimulai dengan penjemputan dari penginapan ke Dermaga Kampung Ujung. Saya sudah di Labuan Bajo sehari sebelum trip di mulai. Seluruh peserta akan dijemput dari bandara atau penginapan lalu berkumpul di Dermaga Kampung Ujung. Kami ada 7 orang dalam 1 rombongan. Dermaga ini dari pagi sampai siang hari menjadi meeting point wisatawan yang akan menyeberang, namun sore sampai malam akan berubah menjadi kawasan wisata kuliner seafood.
Beberapa peserta dan kru travel |
Dermaga Kampung Ujung |
Perjalanan pertama adalah mengunjungi Pulau Kelor. Pasti sudah sering dengar ungkapan “dunia tidak selebar daun kelor” ya. Seperti yang kita tau bahwa daun kelor tidak lebar, begitu juga pulaunya, tidak terlalu besar.
Kita trekking sekitar 15 menit
untuk sampai ke puncak Pulau Kelor dan bisa berfoto dengan view yang
luar biasa indahnya. Biasanya jalur trekking macet akibat banyaknya
pengunjung yang antri buat berfoto. Waktu tempuh trekking yang
sebenarnya cukup 15 menit, namun untuk dapat kesempatan berfoto bisa sampai 1
jam.
Setelah lelah bermacet-macet ria, this is it. Pemandangan dari puncak Pulau Kelor. Walaupun sudah sering melihat pantai, namun kombinasi biru laut dan hijaunya gunung serta putihnya pasir disini tetap membuat saya berdecak kagum. Setiap tempat memang memiliki keindahan sendiri. Kita susah membandingkan tempat ini lebih bagus dari tempat itu.
View dari Puncak Pulau Daun Kelor |
Setelah puas menikmati Pulau Kelor, perjalanan dilanjut ke Pulau Pempe dan Pulau Manjarite. Ditengah perjalanan, kami menyantap makan siang yang sudah disiapkan travel. Ada yang mau makan siang dengan view seperti ini?
Pemandangan pantai di Pulau Pempe menurut
saya biasa saja. Saya lebih tertarik dengan tebing-tebing di Pulau ini. Nah ada
sedikit cerita, teman saya di foto adalah kenalan ketika di Desa Waerebo (yang
saya sampaikan backpacker-an bareng suaminya pada artikel trip Waerebo).
Kebetulan di trip Sailing ini kami satu travel agent tapi beda
rombongan. Inilah salah satu nilai plus kalau kita ikut trip, bisa
menambah kenalan baru.
Pulau Pempe with Mba Ulfa |
Di Pulau Manjarite wisatawan biasa
akan snorkeling, namun kemarin saya tidak ikut turun. Saya hanya
menunggu di kapal karena sedang halangan (biasa, wanita). Setelah peserta lain
selesai snorkeling, kami disuguhi snack sore. Semua makanan dan
snack ciki2 sudah bagian dari fasilitas trip. So, sebelum ikut trip pastikan
apakah snack sudah include dalam fasilitas agar tidak mubajir. Pengalaman
kemarin, kami bawa snack masing-masing karena mengira snack yang
disediakan hanya gorengan atau kue. Ternyata snack yang disediakan travel
cukup banyak, sehingga sampai kembali dari pulau pun snack masih banyak tersisa.
Yang jelas setiap selesai trip, angka timbangan biasa akan bergeser ke kanan.
Entah kenapa selera makan selalu naik ketika traveling. Mungkin pengaruh
mood dan view ya hehe
Perjalanan berlanjut ke Pulau
Kalong. Kami sampai di pulau ini tepat menjelang sunset. Disini kita
menikmati sunset beserta pemandangan kalong (kelelawar) yang baru keluar
sarang untuk mencari makan. Kita sering dengar perumpamaan “mata kalong” yang
menyamakan seperti kalong yang keluarnya menjelang malam. Sambil menunggu makan
malam disiapkan, kami mencoba berfoto dari berbagai sudut kapal hehe
Snacking time |
Sunset di Pulau Kalong |
Seperti Dora the Explorer aja ya? haha |
Setelah makan malam, peserta rombongan leyeh-leyeh di bagian depan kapal menikmati angin malam, suara ombak, dan pemandangan bintang. Awalnya kapal akan menginap/bersandar di pulau ini, namun kapal akhirnya bersandar di Pulau Kambing. Pulau tersebut tidak terlalu jauh dari Pulau Padar. Diperkirakan akan ada banyak pengunjung besok hari, sehingga kita harus sampai Pulau Padar lebih pagi.
Subuh sekitar setengah 5 kita
mulai bangun dan bersiap untuk trekking ke Pulau Padar yang jadi salah
satu ikon wisata Labuan Bajo. Kita mau melihat sunrise di Padar. Gelombang
laut mendekati Pulau Padar lumayan terasa. Saya yang agak cuek, sempat agak merasa
was was. Jam 5 kita mulai trekking Pulau Padar. Jalur trekking menuju
Puncak Padar hanya 45 menit. Namun karena banyaknya pengunjung, menyebabkan
jalur trekking macet dan antri untuk berfoto.
Sekedar info, Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga pulau
besar, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar, serta pulau kecil
lainnya. Paket trip yang saya ikuti mengunjungi 2 pulau besar tersebut, yaitu
Pulau Padar dan Pulau Komodo. Sebagian besar wilayah pulau adalah savana
habitat spesies komodo.
Sepanjang perjalanan dari kapal ke puncak, kita bisa melihat
di beberapa bagian kiri dan kanan jalan ada bunga. Jalur trekking di
Pulau Padar sudah dibuat tangga dari kayu pada beberapa bagian (tidak
seluruhnya). Setelah perjuangan trekking dan antri lumayan lama,
akhirnya kita disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Membuat kita akan
berdecak kagum akan ciptaanNya.
Puncak Pulau Padar |
View Long Beach |
Feel free.. hempas haha |
Semua foto disini adalah hasil dari HP sendiri yak hehe. Ternyata benar, pasirnya kelihatan pink ya saudara-saudara haha. Damai sekali melihat pemandangannyaa..feel free
Berdasarkan penjelasan guide, warna pink ini
berasal dari karang merah yang hidup dan tumbuh di lautan dan kemudian terkikis
oleh derasnya air laut. Hasil kikisan ini menjadi serpihan dan bercampur dengan
pasir pantai. Hal ini menjadikan warna pasir berubah menjadi warna merah muda/pink.
Warna pink akan terlihat semakin jelas setiap kali pasir tersapu air
laut.
Di pantai Long Beach juga terhampar pemandangan rumput
yang cukup kece untuk dijadikan background sesi pemotretan hehe.
Guide menawarkan untuk mengambil gambar, dengan senang hati saya langsung berpose
hehe. Walaupun posenya akhirnya diarahkan guide. Maklum, bukan orang yang fotogenik.
Rombongan kami with spesies langka, penghuni Pulau Komodo hehe |
Begitu turun dari kapal dan melewati gerbang, kita langsung melihat kambing-kambing di pinggir pantai. Kambing kan takut air, ngapain disana? Kambing ini adalah santapan bagi spesies komodo.
Kalau kata guide, komodo adalah binatang yang suka kamuflase.
Lihat saja posenya seakan sedang bermalas-malasan dan tiduran begitu.
Padahal itu juga bisa saja berpura-pura dan sudah siap untuk menerkam mangsa.
Di Pulau Komodo, wisatawan bisa menikmati air kelapa sambil menikmati
pemandangan laut dari pinggir pantai. Setelah puas menikmati pulau, kita
kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan ke Pantai Pink alias Pink
Beach. Namun kita hanya mampir sebentar disana karena memang pantainya
hampir sama dengan Long Beach.
Destinasi untuk hari ini sudah selesai, kita kembali ke kapal
untuk mandi, menyantap makan dan snack malam, serta beristirahat. Makan
terus. Yess
Keesokan paginya kita lanjut ke Taka Makassar. Tapi kita isi
perut dulu biar ada tenaga. Ini adalah sarapan terakhir sebelum siangnya trip
berakhir. Ada yang tidak mau sarapan dengan view seperti ini? Sarapan
sehat dengan view yang sehat bagi mata. Kombinasi yang pas hehe
Setelah sarapan, kita bergegas ke Pulau Taka Makassar dengan
perahu kecil. Kita pindah ke kapal kecil karena Taka Makassar sangat kecil dan
tidak memungkinkan kapal untuk bersandar. Pulau ini merupakan gundukan pasir
putih di tengah laut. Pulau seperti ini sudah beberapa kali saya jumpai,
seperti di Kepulauan Seribu dan ketika Trip Raja Ampat dulu.
Kok ada juice?? Ini dibawa guide dari kapal
(pasangan roti, menu sarapan). Niat banget? Yes, aku juga sempat ngetawain. Eh,
ternyata berguna juga sebagai properti sesi perfotoan hehe
Perjalanan kita lanjut ke destinasi berikutnya, yaitu Manta
Point. Jarak kedua pulau ini hanya 10 menit. Jika 2 hari sebelumnya saya
menahan diri untuk snorkeling, kali ini tidak. Saya ingin melihat Manta
alias Pari besar (karena waktu trip Raja Ampat dulu gagal, mantanya tidak
muncul).
Untuk bisa melihat manta, katanya perlu keberuntungan. Beberapa
kali guide kami membawa wisatawan sebelumnya, namun mantanya tidak
muncul. Untungnya, ketika kami kesana lumayan banyak manta yang muncul. Saya
hitung ada sekitar 8-10 ekor manta. Bisa melihat dari dekat tidak gampang, kita
perlu berenang cepat untuk mengikutinya. Apalagi ketika itu arus air cukup
deras.
Di Manta Point, saya ga punya foto dan video sama sekali. Ko
bisaa?? Awak kapal yang ikut nemenin kita snorkeling, menawarkan diri
untuk bawa Go Pro eike. Saya kira sudah pengalaman, langsung ngasih kamera saja.
Ternyata satu pun video tidak tersimpan, padahal sudah beberapa kali ada manta
yang dekat..huhu
Manta Point adalah destinasi terakhir yang saya ikuti.
Sebenarnya ada 1 destinasi lagi, yaitu Pulau Kanawa. Namun karena jadwal
pesawat saya setengah 4 sore, saya harus segera bergegas ke bandara. Saya
dijemput kapal sewaan. Berapa tarifnya dari Manta Point ke Dermaga Kampung
Ujung? 1,5jt! Mahal? Yes, mereka sudah tidak ambil untung (katanya). Padahal
kalau mengikuti rombongan tidak akan bayar lagi,karena sudah include di
trip. Untungnya ada 2 wisatawan lagi dari grup lain yang ikut, lumayan bisa berbagi.
Kenapa tidak kembali bareng rombongan? Ini sebenarnya sudah
saya konsultasikan dengan travel awal yang saya daftar. Mereka menyatakan aman jika saya ambil tiket di atas
jam 3 karena jadwal trip sudah berakhir di jam tersebut. Saya ambil
tiket pesawat setengah 4 sore. Tetapi ternyata travel tersebut mengover
saya ke travel lain yang mana jadwal tripnya belum berakhir di
jam tersebut. Saya tahu hal ini setelah trip Sailing dimulai,
namun saya kira penjemputan akan ditanggung travel karena ini bukan
kesalahan saya. Sempat kesal, tetapi ya sudahlah. Begitulah perjalanan, harus
dinikmati. Seringkali yang terjadi tidak sesuai rencana, butuh fleksibilitas
dan solusi cepat. Traveling akan membuat kita belajar banyak hal.
Setelah sampai di dermaga, kami diantar ke bandara. Trip pun
berakhir.
Untuk Trip dalam kota Labuan Bajo pada hari pertama disana,
akan saya bahas di tulisan terpisah.
Semoga bermanfaat.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete