DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………….……………………………… 1
B. Profil Desa …………………………………………….. 1
C. Rumusan Masalah …………………………………….. 3
D. Tujuan ………………………………………………… 3
E. Manfaat ……………………………………………….. 3
F. Metode Analisis ………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Aspek Ekologis
a) Gambaran Umum ………………………… 5
b) Keadaan Pascabencana ………………….. 7
2. Aspek Sosiologis
a) Kesehatan ………………………………… 8
b) Pendidikan ………………………………. 9
c) Lingungan Hidup …………………………. 11
3. Aspek Kultur / Budaya
a) Kepercayaan …………………………….
b) Kesenian ………………………………..
c) Adat – istiadat ……………………………
d) Agama …………………………………..
4. Aspek Ekonomi
a) Sosial – Ekonomi ………………………..
b) Sarana Perekonomian ………………….
c) Kelemahan Perekonomian ………………
d) Kelebihan Perekonomian ……………….
e) Kebijakan yang Disarankan …………….
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………….
Saran …………………………………………………..
Lampiran ………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Observasi ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar sosiologi. Sebagai tambahan observasi ini untuk mengetahui kondisi ekonomi Desa Lencoh dalam mengembangkan kegiatan ekonominya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Seperti kita tahu bahwa masyarakat Desa Lencoh yang beberapa waktu lalu terkena bencana letusan Gunung Merapi masih dalam tahap pemulihan. Untuk pemulihan dan pembangunan masyarakat ini tidak hanya bisa dilihat dari sisi ekonomi tetapi harus melingkupi semua aspek dalam segi kehidupan. Aspek ekologis yang merupakan tongak pendorong dalam pembangunan masyarakat harus diperhatikan karena aspek ini akan sangat berhubungan dengan pembangunan ekonomi kedepan. Aspek sosiologis sebagai kebiasaan modal sosial dalam pembangunan ekonomi dalam meningkatkan kesehjateraan masyarakatnya seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan sosial. Aspek kebudayaan yang akan meningkatkan daya tawar sektor pariwisata yang selanjutnya akan meningkatkan kegiatan ekonomi Desa Lencoh harus diperhatikan dan dikembangkan secara intensif.
Semua aspek diatas baik aspek ekonomi, aspek sosiologis, aspek ekologis, maupun aspek kebudayaan merupakan satu kesatuan yang harus dimajukan secara bersama-sama. Semua itu dilakukan untuk memajukan kegiatan ekonomi Desa Lencoh yang baru berjuang membangun ekonominya pasca bencana.
B. Profil Desa
Visi
“Terwujudnya sistem pemerintahan yang efektif sehingga mampu meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat”
Misi
a. Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien
b. Pengembangan kemampuan administrasi pemerintah dan pembangunan.
c. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat
Desa Lencoh terletak di Kecamatan Selo yg hanya berjarak 0,2 Km atau sekitar 20 Km dari ibukota Kabupaten Boyolali. Desa Lencoh merupakan desa yang wilayahnya berbentuk:
- datar sampai berombak 5% dari keseluruhan wilayah Desa Lencoh
- berombak sampai berbukit 50% dari keseluruhan wilayah Desa Lencoh
- berbukit sampai ergunung 45% dari keseluruhan wilayah Desa Lencoh
Di Desa Lencoh ini terdapat 3 buah RW dan 20 buah RT. Desa yang berpenduduk 3.283 jiwa ini mempunyai panorama alam yang bagus dan indah. Dengan curah hujan per tahun yang cukup tinggi dan kondisi tanah nya, desa Lencoh cocok digunakan untuk pertanian holtikultura. Kondisi sosial dan keamanan desa Lencoh selama ini dikenal cukup kondusif. Empat puluh satu persen dari keseluruhan jumlah penduduk desa ini adalah berusia 25-55 tahun. Di desa ini terdapat sebuah wahana wisata alam yang bernama New Selo. Sebagian besar penduduk desa ini berprofesi sebagai petani pemilik lahan sendiri dan peternak sapi biasa.
Peta letak Desa Lencoh
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Desa Lencoh dilihat dari aspek ekologis, sosiologis, kultur/budaya, ekonomi?
2. Bagaimana memulihkan kondisi sosioal ekonomis di Desa Lencoh setelah bencana letusan Gunung Merapi?
3. Bagaimana meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat setempat dengan mengoptimalkan kekayaan yang dimiliki?
4. Bagaimana seharusnya pemerintah mengambil kebijakan yang sesuai dengan kondisi sosial, budaya, dan potensi yang dimiliki?
D. Tujuan
Mengkaji potensi wisata perdesaan di Desa Lencoh yang meliputi aspek:
1. Sumberdaya alam (bio-fisik) Desa Lencoh.
2. Harapan masyarakat (keinginan dan kesiapan) masyarakat terhadap penerapan kegiatan wisata perdesaan (rural tourism/green tourism) di Desa Lencoh.
E. Manfaat
1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang akan mengembangkan bisnis wisata perdesaan (rural tourism/green tourism) di Desa Lencoh;
2. Sebagai bahan referensi/informasi bagi wisatawan domestic maupun mancanegara;
3. Sebagai bahan referensi dan pembanding bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan kajian tentang wisata perdesaan (panorama alam) di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah.
F. Metode Analisis
§ Analisis potensi menggunakan Indikator Keberlanjutan Masyarakat dalam Kerangka Ecovillage (Nurlaelih, 2005)
Dengan 4 indikator yaitu :
- Aspek Ekologis
- Aspek Sosiologi
- Aspek Spiritual
- Aspek Ekonomi
§ Penelitian dilakukan melalui empat tahapan berikut :
- Pengumpulan Data Primer (wawancara)
- Pengumpulan Data Sekunder
- Pengolahan dan Analisis Data yang Berhasil Dikumpulkan (Data Primerdilengkapi Data Sekunder)
- Sintesis dan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aspek Ekologis
Gambaran umum
Desa Lencoh terletak sekitar 20 km dari pusat kota Boyolali. Desa ini terletak di bawah Gunung Merapi sebelah utara. Luas desa ini 416,7 km² atau sekitar 7,4% dari luas keseluruhan Kecamatan Selo.
Bentuk alam desa ini berupa perbukitan bergelombang dengan relief halus hingga kasar antara 400 meter hingga 1.400 meter di atas permukaan air laut. Bentuknya terbagi menjadi 2 satuan geomorfologi, yaitu perbukitan berelief halus-datar dan perbukitan berelief. Perbukitan yang berelief halus menempati wilayah bagian timur dan memanjang ke arah tenggara. Perbukitan berelief sedang menempati bagian tengah hingga barat daya dan barat laut.
Lingkungan desa ini masih terbilang alami. Pemandangannya masih natural dan kendaraan maupun pabrik atau lainnya yang dapat menimbulkan polusi sedikit. Sehingga tingkat polusi di desa ini masih rendah. Udara desa ini juga masih sangat sejuk. Dan panorama/ pemandangan serta udara sejuk tersebut menjadi daya tarik desa ini terhadap wisatawan.
Desa ini beriklim tropis dan juga mempunyai 2 musim yang silih berganti, yaitu musim hujan dan kemarau. Temperatur udara di desa ini rata-rata antara 24°C - 30°C. Curah hujan tertinggi di desa ini berkisar 200-350 mm per bulan, yakni pada bulan November – April. Sehingga pada bulan-bulan tesebut perlu diwaspadai daerah-daerah yang mempunyai kerentanan gerakan tanah tinggi.
Terkait masalah air, ketersediaan air sangat sulit di desa ini. Hanya terdapat 1 sumber air di desa ini. Dan sumber air tersebut tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan air masyarakat desa. Untuk mengatasi ketersediaan air, sudah pernah dilakukan penampungan air hujan dengan menggunakan drum. Namun hanya berlangsung sekitar beberapa bulan karena minat masyarakat langsung hilang. Kemudian dilakukan pengambilan air dari sumber yang ada di bawah Kampung Tritis, namun kurang juga karena masih membutuhkan transportasi untuk mengambil kesana.
Adapun kondisi geografis/ perbatasan desa ini adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara:Kecamatan Ampel&Kabupaten Magelang
Sebelah Selatan : Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebelah Barat : Kabupaten Magelang
Sebelah Timur :Kecamatan Cepogo & Kecamatan Ampel
Penggunaan lahan Desa ini untuk :
· Perkampungan
Sebahagian dari lahan desa ini digunakan untuk pemukiman / lahan tempat tinggal masyarakat. Penggunaan lahan pemukiman penyebarannya setempat-setempat, menempati daerah-daerah perbukitan berelief halus hingga sedang, umumnya terkonsentrasi disepanjang jalur jalan. Di beberapa temat pada daerah yang berlerng sedang agak kasar masih sering dijumpai pemukiman.
· Perkebunan
Sebahagian dari lahan desa ini dipergunakan untuk perkebunan oleh masyarakat sekitar. Penggunaan lahan untuk perkebunan terdapat setempat-setempat di bagian barat dan tengan dengan penyebaran yang tidak begitu luas. Perkebunan umumnya menemati daerah kemiringan lereng landai sampai agak terjal, umumnya berupa perkebunan karet, pinus, dan jati dengan luas penyebaran 25%. Lahan desa ini terutama untuk perkebunan tembakau.
· Hutan
Hutan penyebarannya kecil terdapat di bagian utara, umumnya terdapat pada daerah perbukitan berlereng terjal sampai curam dengan vegetasi berbagai jenis pohon, dengan luas penyebaran 15%
· Pertanian
Sebagian besar lahan desa ini digunakan untuk sektor pertanian. Dan memang sebagian besar penduduk desa ini hidup dari sektor tersebut. Lokasi pertanian terdapat di bagian timur dan tengah dengan distribusi menyebar, paling luas terdapat di bagian selatan dan setempat-setempat di bagian tengah dan timur. Pada umumnya menempati daerah sekitar sungai pada kaki-kaki perbukitan dan setempat-setempat pada daerah yang berkemiringan lereng agak terjal, dengan luas penyebaran 20%. Ketika mengunjungi desa ini, kita juga bisa melihat di kanan dan kiri jalan banyak tanaman seperti berbagai macam sayuran,dll. Tanaman paling banyak di desa ini adalah jenis tanaman holtikultura.
Keadaan Pascabencana
a) Erosi lahan;
Setelah bencana merapi lalu, ketika hujan turun air tidak meresap ke dalam tanah melainkan mengalir membuat aliran sendiri. Air hujan yang turun akan mengalir ke daerah yang lebih rendah dan akan mengikis lapisan atas tanah. Hal ini tentu mempercepat erosi bagi daerah yang lebih tinggi.
b) Banjir lahar dingin;
Seperti yang telah dikatakan di atas, ketika hujan turun air tidak meresap ke dalam tanah melainkan membuat saluran sendiri untuk mengalir ke tempat yang lebih rendah. Ketika hujan deras air mengikis tanah yang sudah dilapisi oleh abu vulkanik. Air yang sudah bercampur lapisan abu vulkanik mengalir sehingga dapat mengakibatkan banjir lahar dingin di dataran yang lebih rendah.
c) Tanaman, bangunan, dan jalan rusak;
Bencana Gunung Merapi kemarin juga telah mengakibatkan banyak kerusakan infrastruktur. Tanaman, bangunan (terutama rumah), maupun jalan banyak yang rusak dan perlu perbaikan. Banyak jalan yang terputus, misalnya seperti yang ada di daerah Merbabu.
d) Perubahan kontur tanah (dari gembur menjadi berpasir)
Bencana merapi lalu juga telah mengakibatkan perubahan kontur tanah yang ada di desa ini. Kontur tanah yang semula gembur tetapi kemudian bercampur dengan abu vulkanik yang keluar dari letusan gunung. Sehingga kontur tanah menjadi agak padat dan cenderung berpasir.
2. Aspek Sosiologis
a) Kesehatan
· Sarana untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi dengan posyandu
Di Desa tersebut masih terdapat kegiatan bulanan untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi . Kegiatan posyandu disana diadakannya hanya 1 bulan sekali yang biasanya diadakan pada tanggal 22 .
· Belum ada puskesmas dan rumah sakit
Di Desa Lencoh belum ada fasilitas puskesmas dan rumah sakit yang terdekat. Hanya terdapat seorang bidan dan 4 rang dukun bayi.
· Kamar mandi dan jamban bersama di setiap RT
Di desa tersebut masih banyak masyarakat yang tidak mempunyai kamar mandi dan jamban sendiri , jadi mereka masih menggunakan kamar mandi dan jamban umum . Tetapi juga ada masyarakat yang sudah mempunyai jamban sendiri , walaupun ada masyarakat yang jambannya masih seperti jamban model lama yang hanya berbentuk tanah yang dilubangi .
Di setiap beberapa rumah biasanya di depannya terdapat satu bak penampungan air yang berasal dari mata air pegunungan merbabu. Jadi masyarakat yang tidak mempunyai kamar mandi sendiri biasanya mencuci di bak penampungan tersebut , dan di gunakan mandi untuk anak – anak yang tidak mempunyai kamar mandi dirumahnya.
· Kandang ternak berada 1 bangunan dengan rumah tinggal
Di desa tersebut biasanya setiap 1 keluarga minimal mempunyai satu hewan ternak , namun kandang ternak tersebut tidak di beri tempat sendiri melainkan berada 1 bangunan dengan tempat tinggal mereka .
Kandang ternak tersebut biasanya berada di belakang rumah di dekat dapur tempat mereka memasak dan di dekat kamar mandi apabila rumah tersebut mempunya kamar mandi sendiri.
· Banyak kotoran ternak berserakan
Di dalam kandang ternak yang masih dalam satu bangunan dengan tempat tinggal tersebut , kebersihan kandang ternak yang tidak terlalu diperhatikan sehingga ada kotoran hewan ternak yang berserakan dan bau kotoran yang sangat menyengat , sehingga dapat mengganggu pernapasan.
b.) Pendidikan
Di desa Lencoh mempunyai sarana pendidikan yang memadai. Hal itu dibuktikan dengan adanya sarana pendidikan yaitu sebagai berikut:
· TK berjumlah 4 buah
Jumlah murid 126 orang
Jumlah guru 8 orang
· Sekolah Dasar (SD)
SD Negeri berjumlah 2 buah
Jumlah murid 323 orang
Jumlah guru 20 orang
Sedangkan untuk mengenyam pendidikan SMA/SMK, masyarakat desa Lencoh biasanya pergi keluar desa untuk mencari SMA/SMK yang terdekat dengan desa mereka. Bagi masyarakat yang tidak mampu dalam membiayai pendidikan anaknya biasanya biaya tersebut berasal dari bantuan orang tua asuh / GN-OTA. Selain itu semangat belajar anak-anak di desa Lencoh sangat tinggi. Hal itu ditandai dengan raut wajah yang ceria baik ketika berangkat sekolah maupun saat pulang sekolah.
Pada tahun ini, GN-OTA menerima dana dari para orang tua asuh sebanyak Rp 1.093.766.636. Dana tersebut belum dialokasi karena GN-OTA masih menunggu kelengkapan informasi dari para orang asuh. Rencana dana tersebut akan diberikan untuk membiayai pendidikan anak.
Berikut ini adalah data penerima bantuan berdasarkan orang tua asuh di SD yang terletak di desa Lencoh :
c.) Lingkungan Sosial
Masyarakat di Desa Lencoh masih memegang teguh tradisi kemasyarakatan di zaman dahulu dan masih kental terasa. Saat kita mengunjungi desa itu kita akan merasakan suasana yang berbeda dan seperti kembali ke zaman dahulu. Kadang kita juga melihat keadaan atau suasanna yang sudah lama tidak kita lihat di kota. Beberapa hal yang terlihat dari masyarakatnya saat datang ke sana adalah :
1. Keramahan.
Masyarakat desa Lencoh akan menyapa kita meski hanya dengan senyum saat bertukar pandang meski tidak saling kenal. Jika kita memiliki kesulitan, jika kita bertanya mereka akan dengan senang hati menjawab pertanyaan kita. Bertamu ke rumah mereka, kita di sambut dengan hangat dan tidak lupa di suguhi minuman. Anak-anaknya pun sangat ceria dan tidak memandang orang asing dengan kaku, mereka berinteraksi dengan sangat baik. Jika kita datang ke sana sebagai orang asing, kita tidak akan merasakan bahwa kita orang asing. Kita akan merasa sangat senang karena di terima dengan baik.
2. Kebersamaan
Gotong royong, kegiatan saling bahu membahu dengan suka rela. Kita sudah jarang melihat kegiatan ini di masa sekarang. Tapi masyarakat desa lencoh sepertinya masih belum melupakan kegiatan ini. Mereka rutin melakukan bersih desa bersama-sama untuk menjaga lingkungan. Gotong-royong masih sangat kental, seperti membangun rumah. Dilakukan oleh satu tetangga RT, baik laki-laki maupun perempuan. Jika pekerjaan yang di lakukan lebih besar, maka bisa mencapai satu desa untuk membantu pengerjaan rumah itu. Yang laki-laki melakukan di lapangan, sedangkan perempuan atau ibu-ibu banyak yang membantu di dapur. Gotong-royong dilakukan sampai pekerjaan dalam membangun rumah selesai. Tidak ada bayaran, namun di sediakan makanan seadanya. Dan juga suka rela tanpa ada yang meminta.
Jika ada yang meninggal, semua pasti datang untuk melayat. Dan semua ketua RT dan RW pasti datang untuk melayat yang ada di desanya. Kumpul-kumpul warga sering dilakukan di sela-sela kegiatan bekerja. Anak-anak bermain kebanyakan dengan kegiatan fisik dan bersama-sama dengan temannya. Setiap warga mengenal tetangganya dengan baik.
3. Kesopananan Tradisional
Masyarakat desa lencoh masih memegang teguh kesopanan dan aturan tradisional. Seperti jam malam bagi anak-anak dan perempuan. Tidak adak perempuan yang keluar rumah di atas jam 7 malam jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Begitu juga anak-anak. Mereka masih beranggapan dan mempercayai bahwa perempuan itu tidak boleh keluar malam-malam karena itu adalah tindakan yang kurang sopan dan membuat persepsi atau pandangan negatif pada perempuan itu.
Selain itu mereka juga menjunjung tinggi nilai keagamaan. Mereka menganggap agama sangat penting karena itu mereka mengirim anak-anak mereka ke TPA sedari kecil untuk belajar mengaji dan mendalami agama. Selain itu pertemuan rutin keagamaan juga sering dilakukan oleh orang dewasa, seperti mengadakan kegiatan mengaji bersama.
4. Kesederhanaan
Masyarakat desa lencoh masih di bilang sangat sederhana dan berfikiran untuk individu. Seperti Fikiran untuk memajukan desa mereka secara swadana masih belum begitu banyak, sebagai contoh meski tahu akan mendapatkan keuntungan dengan menyediakan rumah untuk Homestay, tapi masih belum banyak yang ingin memanfaatkan itu. Cara hidup merekapun masih sangat sederhana. Banyak kita temui masyarakat yang berjalan sambil membawa rumput di punggung mereka. Atau berjalan bersama-sama ke ladang. Jika tidak ada kegiatan di ladang, mereka lebih memilih istirahat atau berkumpul dengan warga yang lain. Tidak ada upaya untuk mencari cara lain agar dapat menaikan taraf hidup mereka.
3. Aspek Kebudayaan
Data Narasumber
Nama : Wiyono
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : Temusari Rt 09 / Rw 01, Desa Lencoh,
Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Foto :
Desa Lencoh memiliki keunikan tersendiri dari aspek kebudayaannya. Disamping memiliki kesenian tari, desa ini juga memiliki adat-istiadat ( tradisi ) yang biasanya dilaksanakan pada tanggal – tanggal tertentu, masyarakat Lencoh menyebutnya tanggal ”Pati Suro”. Dalam aspek kebudayaan ini akan dibahas mengenai agama yang dianut oleh penduduk di desa Lencoh, kepercayaan yang ada disana, kesenian yang dimiliki baik tari maupun musik yang dimiliki, serta adat – istiadat yang biasa dilakukan. Secara detail akan dibahas di bawah ini.
a.) Kepercayaan
Desa Lencoh merupakan sebuah desa yang terletak di lereng gunung merapi tepatnya berada di kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Masyarakat di Desa Lencoh masih sangat percaya bahwa gunung merapi merupakan sebuah Kerajaan Gaib yang dijaga oleh Mbah Petruk. Mereka percaya bahwa di puncak Merapi ada sebuah Keraton yang mirip dengan keraton Mataram, sehingga di sini ada organisasi sendiri yang mengatur hirarki pemerintahan dengan segala atribut dan aktivitasnya. Keraton Merapi itu menurut kepercayaan masyarakat setempat diperintah oleh kakak beradik yaitu Empu Rama dan Empu Permadi. Seperti halnya pemerintahan sebagai sebagai Kepala Negara (Empu Rama dan Empu Permadi) melimpahkan kekuasaannya kepada Kyai Sapu Jagad yang bertugas mengatur keadaan alam Gunung Merapi.
Berikutnya ada juga Nyai Gadung Melati, tokoh ini bertugas memelihara kehijauan tanaman Merapi. Ada Kartadimeja yang bertugas memelihara ternak keraton dan sebagai komando pasukan makhluk halus. Ia merupakan tokoh yang paling terkenal dan disukai penduduk karena acapkali memberi tahu kapan Merapi akan meletus dan apa yang harus dilakukan penduduk untuk menyelamatkan diri. Tokoh berikutnya Kyai Petruk yang dikenal sebagai salah satu prajurit Merapi.
Mereka sangat percaya jika ingin selamat dari amukan merapi, maka mereka harus melakukan semacam penghormatan dengan memberi sesaji kepada penguasa merapi.
Salah satu contoh nyata adalah beberapa saat setelah letusan merapi beberapa bulan lalu, tepatnya saat 1 muharam (1 sura ). Saat itu Pemerintah Kabupaten Boyolali menolak melakukan ritual sedekah gunung yang biasa dilaksanakan pada saat 1 sura, dengan alasan keadaan merapi masih sangat berbahaya. Tetapi warga di Desa Lencoh tetap nekat ingin melaksanakan ritual sedekah gunung, karena mereka khawatir jika ritual tidak dilakukan maka bencana lebih dasyat akan menimpa mereka. Akhirnya mereka melaksanakan ritual dengan biaya sendiri meskipun keadaan waktu itu masih berbahaya.
Ritual sedekah gunung merupakan ritual yang diawali mengarak kepala kerbau dan sesaji lainnya berupa gunungan nasi jagung yang jumlahnya tujuh sesuai ajaran Walisongo. Selain itu, sesaji juga berupa gunungan dua tumpeng nasi liwet yang dihiasi sayuran atau hasil bumi yang disebut kalawija di lereng merapi. Tidak ketinggalan ayam jawa yang dibuat ingkung. Ritual diawali dengan mengarak sesaji dari rumah warga menuju joglo Selo untuk didoakan dan diakhiri mengorbankan kepala kerbau ke kawah merapi.
Selain sedekah gunung, salah satu tradisi yang masih dijaga masyarakat di Desa Lencoh adalah Merti Desa ( Bersih Desa ). Merti Desa merupakan sebuah ritual tanda syukur karena kawasan Desa Lencoh terbebas dari bencana. Merti Desa dilakukan oleh masyarakat setempat setiap pertengahan Maulud . Pada tradisi merti desa ini, masyarakat Desa Lencoh akan mengenakan pakaian lengkap khas Jawa, dengan membawa sesaji antara lain berupa nasi tumpeng dan bebagai buah-buahan.
Dalam masyarakat berkembang kepercayaan adat jawa. Yaitu terhadap penghuni atau penunggu gunung Merapi yang mereka sebut Mbah Petruk. Mbah Petruk adalah tokoh yang diyakini sebagai penunggu gunung Merapi yang telah menjaga gunung Merapi dari bahaya letusan Sehingga masyarakat terhindar dari kerusakan. Untuk itu masyarakat setiap tanggal 1 suro selalu menggelar sedekah gunung. Acara sedekah gunung diperuntukkan bagi penunggu gunung merapi demi keselamatan masyarakat.
Acara sedekah gunung dimulai dengan menggelar doa bersama seluruh masyarakat desa, kemudian dilanjutkan dengan mengarak kerbau keliling desa dengan pertunjukan kesenian tradisional dengan berbagai atraksi tari tarian, reog dll. Kemudian dilakukan penyembelihan kerbau. Setelah itu pada malam harinya dilakukan upacara penyerahan kepala kerbau kepada tokoh masyarakat yang dipercaya untuk memimpin upacara. Selanjutnya kepala kerbau dibawa rombongan masyarakat menuju pasar bubar. Pasar bubar adalah daerah yang diyakini masyarakat sebagai tempat bersemayamnya mbah petruk dan abdi- abdi nya. Butuh waktu 4 jam untuk melakukan perjalanan dengan jalan kaki untuk mencapai pasar bubar. Kemudian kepala kerbau diletakkan beserta sesajen - sesajen yang lain.
Dengan adanya upacara sedekah gunung tersebut ,masyarakat mempercayai bahwa mereka akan terhindar dari bahaya letusan gunung merapi. Selain itu juga mereka percaya bahwa dengan menggelar upacara tersebut akan membuat tanah yang mereka olah akan menjadi subur sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Letusan gunung merapi yang terakhir terjadi adalah pada tanggal 26 Oktober 2010. Letusan pada saat itu juga tergolong besar dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat dusun Temusari juga diungsikan ke daerah yang lebih aman guna menghidari bencana awan panas wedus gembel. Tetapi dusun ini tergolong tidak mengalami kerusakan yang parah karena hanya terkena abu vulkanik. Untuk itu masyarakat semakin percaya dengan adanya sedekah gunung karena mereka beranggapan bahwa karena mereka rutin menggelar upacara tersebut sehingga mereka terhindar dari bencana yang bisa merugikan mereka. Pada kesimpulannya bahwa di dusun Temusari ini masyarakat mayoritas beragama islam tetapi mereka juga menganut kepercayaan adat jawa yaitu kepercayaan tentang roh halus yang menjaga gunung merapi.
b.) Kesenian
Masyarakat di desa Lencoh banyak yang tertarik pada kesenian tari, seperti tari soreng, tari buto ( tari yang menggunakan topeng ), tari jaranan dan tairan lainnya. Biasanya tarian itu disuguhkan dalam berbagai acara, seperti dalam acara pernikahan, acara pelaksanaan ritual, pesta-pesta dan acara lainnya. Dalam acara syawalan semua tarian disuguhkan secara bersama – sama ( dikenal dengan tari campur bawur) dengan diiringi musik. Instrumen musik tari yang digunakan untuk pertunjukan Tari Campur Bawur adalah seperangkat gamelan Jawa yang berlaras Slendro. Musik tari dalam pertunjukan Campur Bawur sangat penting keberadaannya yaitu untuk memperkuat karakter tokoh dan mendukung suasana yang ditampilkan. Menurut Sukarto, seorang sesepuh kesenian Campur Bawur, sebelum pertunjukan dimulai, seluruh pemainnya tampil dan duduk berjajar diatas pentas. Kemudian salah satu pemain melantunkan tembang pembuka sebagai ucapan selamat datang yang ditujukan kepada para penonton, selanjutnya seluruh pendukung melantunkan tembang bersama. Adapun bentuk tembang yang dilantunkan berupa Bowo Sekar Tepi Kawuri dhawah sekar Macapat Kinanthi. Contoh Bowo sebagai pembuka dan Sekar Kinanthi yang dilantunkan oleh para pemain Kesenian Campur Bawur sebagai berikut :
Bowo
Ulun Caos Atur,
Yen pinuju karso,
Mugi keparenga,
Kalinana nyekar,
Ananging tepi kawuri,
Tibeng montro slendro,
Wimbo sukeng driyo,
Kang supaya bisoa golong sadaya.
Rujakan
Kembang mlati rinonce kinarya adi,
Yen pinuji kang putra ja nguciwani.
Kembang nangka wijang wujuting prasaja,
Aja nguja keng putra mundhak daluya
Rujakan
Kembang mlati rinonce kinarya adi,
Yen pinuji kang putra ja nguciwani.
Kembang nangka wijang wujuting prasaja,
Aja nguja keng putra mundhak daluya
Kinanthi
Kanti hascaryaning atur,
Ngaturken puji basuki,
Dumateng pra rawuh sami,
Nyuwun gunging pangaksama,
Sadaya lepat wak mami,
Mugi-mugi keparenga,
Sadaya den estreni.
Rujakan
Kembang puthat sedhompol megar mung papat,
Lamun limpat kudu ngerti ing pangembat.
Kembang waru sedhompol megar mung telu,
Yen diliri mrana mrene meh rahayu.
Kinanthi
Nadyan asor wijilipun,
Yen kelakuane becik,
Utawa sugih carita,
Carita kang dadi misil,
Iku becik raketana,
Daropono ndhak ing budi.
Lamun limpat kudu ngerti ing pangembat.
Kembang waru sedhompol megar mung telu,
Yen diliri mrana mrene meh rahayu.
Kinanthi
Nadyan asor wijilipun,
Yen kelakuane becik,
Utawa sugih carita,
Carita kang dadi misil,
Iku becik raketana,
Daropono ndhak ing budi.
Setelah tembang dilantunkan, pertunjukan tari Campur Bawur segera dimulai.Instrumen musik yang digunakan dalam pertunjukan Campur Bawur terdiri dari beberapa jenis ricikan gamelan Jawa, yaitu: 3 buah bendhe, bernada 6, 1 dan 5, 1 buah Bedhug, 1 buah Dhodog, 1 buah Kendang , 1 buah Demung dan 1 buah Gong, ditambah beberapa instrumen musik, seperti: drum, keybot, tamburin, dan simbal, dengan lagu-lagu Sragenan, Banyumasan, Surakartan, dan Campursari.
Di desa Lencoh juga terdapat perkumpulan – perkumpulan sebagai wadah mengembangkan kreatifitas masyarakat dalam melestarian kebudayaannya. Ada 12 sanggar kesenian dengan 23 anggota budayawan dan 466 anggota seniman ( data monografi desa Lencoh semester II tahun 2010). Sarana penunjang lainnya adalah gedung bioskop “New Selo Theatre” yang terletak di dekat Joglo 1.
c.) Adat – Istiadat
Masyarakat di Desa Lencoh pada umumnya masih mempertahankan adat -istiadat warisan nenek moyang yang dilakukan secara turun temurun. Contohnya: Syawalan, ruwahan,puputan, rejeban, ruwatan, tingkeban, sedekah bumi, dan selamatan orang yang meninggal ( pidakan ).
Masyarakat Desa Lencoh memandang alam sebagai suatu rahasia yang menyimpan misteri. Oleh karena itu masyarakat mengadakan berbagai upacara serta mengadakan berbagai bentuk penghormatan pada para roh agar memelihara keselamatan dan kesuburan alam lingkungannya. Untuk memperoleh sesuatu mereka berusaha memikat roh-roh dengan cara menghidangkan sesaji.
Berbagai sesaji yang dipersembahkan kepada roh para leluhur setempat dengan maksud agar masyarakat terlindungi dari segala marabahaya. Selamatan atau slametan merupakan upacara yang terpenting. Pada acara upacara selalu diadakan makan bersama. Adapun sesaji yang dihidangkan umumnya berupa minuman, makanan, tembakau, rokok, bunga, kemenyan serta hasil bumi.
Dalam tindakan-tindakan mereka selalu dibayangi rasa tergantung pada alam gaib. Pikiran masyarakat tertuju pada arwah yang mereka yakini. Konsep yang demikian menjadi suatu tradisi, jika tidak dilakukan maka warga masyarakat kurang tenang hatinya. Pesan-pesan nasehat orang tua yang telah meninggal sangat dipegang teguh masyarakat secara turun temurun.
Upacara yang mendapat perhatian khusus misalnya bersih desa yang jatuh pada bulan Sapar pada penanggalan Jawa sehingga disebut dengan Saparan. Upacara bersih desa yang dilakukan penduduk Desa Lencoh memiliki maksud dan tujuan mendapatkan keselamatan. Seperti pendapat Clifford Geertz (1981) menjelaskan bahwa bersih desa/dusun merupakan upacara yang berhubungan dengan tujuan untuk keselamatan dusun. Oleh sebab itu upacara untuk pelaksanaannya terbatas pada suatu teritorial tertentu yaitu dusun/desa. Adapun upacara bersih dusun dilengkapi dengan cara menghaturkan makanan-makanan yang dibuat oleh penduduk kepada danyang desa atau dusun.
Selain upacara selamatan, juga melakukan upacara berhubungan dengan hari-hari besar agama Islam dan rentetan kegiatan yang menyertai antara lain dengan pesta seni. Pelaksanaan yang berhubungan dengan agama Islam adalah tradisi Syawalan. Pelaksanaan tradisi Syawalan dilakukan oleh semua warga secara gotong-royong. Pada tradisi Syawalan selalu menampilkan tari-tarian yang mereka miliki, diantaranya adalah Tari Campur Bawur. Tari-tarian yang digarap rakyat, berkembang di pedesaan disusun untuk kepentingan rakyat setempat. Masyarakat Desa Lencoh mementaskan tari-tarian lebih didasari oleh dorongan kebutuhan naluri yang menyangkut kepercayaan dan perayaan-perayaan adat. Hal ini dilakukan masyarakat Desa Lencoh sebagai langkah untuk mencapai suatu kesejahteraan hidup serta keselamatan jiwa.
d). Agama
Penduduk di desa Lencoh mayoritas beragama Islam, yang berjumlah 3.280 orang, dimana Islam disini terbagi menjadi dua yaitu NU dan Muhammadiyah. Dengan adanya fasilitas pendukung seperti masjid ( ada 9), mushola ( ada 2 ), dan 1 pondok pesantren dengan kyai sebanyak 4 orang dan santri sebanyak 62 ( data monografi desa Lencoh semester II tahun 2010 ).
Adapun penduduk yang memeluk agama non-muslim tetapi jumlahnya sangat sedikit, hanya 3 orang saja ( data monografi desa Lencoh semester II tahun 2010 ). Selain itu masih terdapat beberapa bagian penduduk yang menganut tradisi Kejawen, dimana mereka pada umumnya tidak pernah melakukan sembahyang lima waktu dan hanya berpuasa pada bulan tertentu, itupun didasarkan atas perilaku masyarakat. Dasar agama kejawen ini pada dasarnya adalah keyakinan bahwa segala sesuatu pada hakikatnya adalah satu kesatuan, walaupun terdiri dari berbagai unsur, tetapi merupakan satu kesatuan hidup.
Dalam berbagai penelitian terungkap bahwa Kejawen adalah suatu kompleks keyakinan dan konsep – konsep Hindu Budha yang cenderung ke arah mistis yang tercampur menjadi satu dan diakui sebagai agama Islam ( Koentjaraningrat, 1984:312). Penganut kejawen ini percaya bahwa alam didiami oleh makhluk – makhluk halus yang mendiami alam itu ( Koentjaraningrat, 1985:224 ). Kejawen ini masih kental dimiliki oleh masyarakat penduduk tersebut karena mereka masih percaya pada arwah leluhur dengan melaksanakan tradisi ( adat – istiadat ) untuk memujanya.
4. Aspek Ekonomi
a. Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Lencoh didominasi oleh keturunan suku Jawa sehingga adat jawa masih dianut kuat oleh masyarakatnya. Selain itu, masyarakat Lencoh memiliki sikap guyup (suka bekerjasama, bergaul dan tolong menolong) dan tepo seliro (tenggang rasa) yang tinggi dan tercermin dalam kesehariannya. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat selalu dilaksanakan dengan bergotong royong. Sementara itu kelembagaan sosial yang ada seperti kelompok tahlil, majelis ta’lim, kelompok tani, kelompok perempuan, kelompok pemandu wisata, kelompok pecinta lingkungan, Merapi Merbabu Club (MMC) dan karang taruna. Hal Ini menunjukkan bahwa masyarakat Lencoh memiliki semangat kebersamaan yang tinggi.
Aktifitas pertanian sayuran mendominasi kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Lencoh sehingga tidak mengherankan jika Lencoh merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di Kabupaten Boyolali. Adapun jenis sayuran yang dihasilkan adalah wortel, kol, kubis, loncang, bawang, dll. Namun tingkat kepemilikan lahan masyarakatnya yang tergolong sempit yaitu rata-rata 0,25 Ha mendorong masyarakat untuk membuka kawasan hutan menjadi lahan pertanian sayuran. Aktifitas tersebut menjadi faktor utama penyebab menurunnya kualitas ekosistem sumberdaya hutan. Kemiskinan di Lencoh ini mencapai 298 KK (44,2%) dari total kepala keluarga yang ada.
Selain bertani sayuran, masyarakat juga mengusahakan ternak sapi perah dan sapi pedaging. Susu yang dihasilkan dijual ke koperasi terdekat sehingga masyarakat mendapatkan penghasilan harian. Di sisi lain, keindahan kawasan Selo menjadikan daya tarik wisata yang kemudian dikembangkan oleh pihak propinsi Jawa Tengah dengan konsep SSB ( Solo – Selo – Borobudur) . Tentu saja hal ini bisa meningkatkan roda perekonomian di Desa Lencoh yang berimbas kepada tambahan penghasilan bagi masyarakat dengan menjadi pemandu wisata, homestay, agrowisata, dll.
b. Sarana Perekonomian
Terdapat 1 (satu) pasar tradisional yang dikelola oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Pengelolaan Pasar Kabupaten yaitu Pasar Selo di Desa Samiran dan ada 2(dua) pasar yang dikelola oleh Desa yang berlokasi di Gebyok, Selo dan Jrakah yang merupakan pendukung jalur pariwisata SSB (Solo Selo Borobudur).
Agrowisata Sayur
Terletak di kawasan objek wisata Selo, 25 km ke arah Barat dari Kabupaten Boyolali.
Para pengunjung dapat menikmati dan memetik sendiri aneka ragam sayuran, antara lain : wortel, kol, daun adas, dan lain-lain.
Berbagai macam sayuran Sayuran
Biogas : Bukti Keselarasan Kepentingan Ekonomi Dan Lingkungan
c. Kelemahan Perekonomian
1. Di Sektor Pertanian
Pertanian di Desa Lencoh masih digolongkan dengan pertanian yang tradisional atau dengan kata lain tidak memperhitungkan secara mendetail keuntungan dan kerugian dari usaha pertaniannya. Contoh ini bisa digambarkan dengan tidak menghitung nilai pekerja keluarganya, jika mereka memperhitungkan semua itu dapat dipastikan penghasialan dari usaha pertaniannya mengalami kerugian. Jika hal ini terjadi maka tidak ada yang mau berprofesi sebagai petani. Keadaan ini merupakan kekurangan sekaligus kelebihan, kekurangannya merupakan tidak adanya kemampuan dan motif ekonomi dalam meningkatkan hasil usaha taninya, tapi disisi lain merupakan kelebihan dengan usaha pertanian yang subsisten ini maka rantai usaha tani tidak terputus sehingga menjamin kesedian stok bahan makanan khususnya sayuran di tingkat lokal maupun ditingkat nasional. Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah perbedaan kontur tanah pasca meletusnya gunung merapi yang mengubah kontur tanah tersebut dari tanah gembur menjadi tanah yang berpasir. Kondisi ini akan sangat menghambat pemulihan di sektor pertanian mengingat penduduk setempat belum terbiasa mengolah tanah yang berpasir dan penduduk setempat juga belum menemukan bibit yang cocok untuk tanah yang berpasir. Salurang irigasi yang menjadi tolak punggung dalam sektor pertanian juga belum diperhatikan, masyarakat setempat melakukan irigasi secara sederhana seperti menggunakan semprotan air. Hal ini akan sangat menghambat perkembangan sektor pertanian.
2. Di Sektor Peternakan
Peternakan di Desa Lencoh mengandalkan peternakan sapi, namun juga ada penduduk setempat yang menambahkan dengan peternakan kambing dan ayam. Khusus untuk perternakan sapi ini ada pergeseran dari peternakan sapi perah dan sapi potong. Terjadinya pergeseran dari sapi perah ke sapi potong dikarenakan adanya kesulitan dalam memasarkan hasil perahan susu kepada koperasi. Kesulitan itu seperti adanya tuntutan kualitas yang lebih terhadap hasil perahan susu penduduk. Ini merupakan delima yang tersendiri mengingat peternakannya merupakan peternakan tradisional maka akan sangat sulit untuk memenuhi tuntutan kualitas yang disyaratkan oleh koperasi setempat yang menampung susu tersebut. hal yang tak kalah peliknya adalah harga bibit sapi perahan yang sangat mahal merupakan alasan tersendiri bagi petani untuk beralih ke peternakan sapi potong. Harga bibit sapi perahan yang mahal dan sulitnya memasarkan hasil perahan susu merupakan alasan utamanya peternakan sapi potong lebih diprioritaskan.
3. Di Sektor Pariwisata
Di sektor pariwisata yang hanya sebagian digeluti oleh penduduk desa lencoh sangat kurang perhatian dari berbagai pihak. Hal lain yang menjadi halangan adalah paradigma penduduk setempat yang menganggap remeh sektor pariwasata untuk membangun perekonomian. Belum membuminya sektor wisata ini terhadap penduduk setempat yang menjadi sebab utama menngapa sektor pariwisata sulit untuk dikembangkan. Hal lain adalah masih minimnya sarana dan prasarana yang menunjang industri pariwisata seperti ketersediaan air bersih, jalan, penginapan, fasilitas keuangan masih kurang diperhatiakan oleh pemerintah dan penduduk setempat. Air bersih merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan pariwisata, sebagaimana kita tahu bahwa yang bersih akan digunakan untuk keperluan sehari-hari yang mutlak harus dipenuhi. Jalan merupakan akses masuk, bila tidak diperhatiakan akan menjadi masalah utama dalam industri pariwisata, mengingat wisatawan yang berkunjung di Desa Lencoh tersebut mayoritas adalah berasal dari luar daerah tersebut, bahkan ada banyak yang berasal dari luar negeri. Penginapan merupakan faktor penting dalam mendukung industri pariwisata, penginapan akan sangat membantu dalam meningkatkan daya tawar suatu obyek wisata. Fasilitas keuangan sebagai tempat mengambil uang bagi wisatawan akan sangat membantu dalam menggerakkan perekonomian pariwisata di daerah tersebut.
d. Kelebihan perekonomian
1. Sektor pertanian
Lahan pertanian yang membentang luas merupakan kelebihan utama dalam mengembangkan sektor pertanian. Selain itu penduduk yang sudah turun temurun telah bekerja di sektor pertanian merupakan modal sumberdaya daya manuasia yang tersendiri. Pertanian sayur-sayuran sangat cocok dikembangkan didaerah tersebut mengingat cuacanya dingin yang sangat cocok untuk pertanian tersebut. Kelebihan yang lain adalah tersedianya pupuk kompos hasil peternakan penduduk setempat akan sangat membantu dalam meningkatkan dan mengembangkan sector pertanian.
2. Sektor peternakan
Untuk sektor peternakan, usaha peternakan sapi perah maupun sapi potong sangat potensial dikembangkan di daerah tersebut. faktor sumber daya manuasia yang mumpuni juga faktor sumber daya alam yang yang mendukung. Faktor sumber daya alam yang mendukung yaitu lahan pakan untuk peternakan yang masih luas dan subur sangat potensiah ditanami pakan untuk tanaman ternak. Sumber daya manusia yang mumpuni ini merupakan kebiasaan masyarakat setempat dalam memelihara ternak yang sudah dari turun temurun keluarga akan sangat membantu dalam mengembangkan potensi ekonomi dibidang peternakan.
3. Sektor pariwisata
Wisata yang ditawarkan merupakan wisata alam, dimana kondisi alam di daerah tersebut masih alami dan belum terjadi pencemaran. Faktor lain adalah sifat penduduk setempat yang sangat sopan dan ramah merupakan modal sosial dalam membangun pariwisata di desa lencoh. Pengembangan pariwisata ini untuk kalangan wisata luar negeri juga didukung oleh pemandu yang mampu dan fasih berbahasa inggris sehingga bukan hanya wisatawan domestik yang menjadi sasaran tetapi wisatawan mancanegara dalam mengembangkan dan membangun industri pariwisata di Desa Lencoh.
e. Kebijakan yang Disarankan
1. Sektor Pertanian
a. Menciptakan saluran irigasi yang mampu menjamin ketersediaan air sepanjang tahun guna mencukupi kebutuhan akan air untuk pertanian
b. Memberikan tenaga penyuluh untuk mensosialisasikan bagaimana mengolah tanah yang berpasir, mengingat sudah terjadi perubahan kontur tanah yang tadinya tanah yang gembur menjadi tanah yang berpasir.
c. Memberikan bibit dan pupuk yang cocok untuk tanah yang tepat setelah terjadi perubahan kontur tanah.
d. Memberikan jasa lembaga kredit khusus petani dengan bunga yang rendah untuk membantu keuangan para petani.
e. Memberikan fasilitas pemasaran yang mudah dan menguntungkan petani sehingga petani bebas dari jeratan fluktuasi harga yang selama ini menjadi musuh petani.
2. Sektor Peternakan
Kebijakan dalam pemasaran hasi perahan susu untuk sapi perah akan sangat membantu peternak sapi perah. Kebijakan ini menyangkut bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas susu perahan mengingat yang selama ini menjadi kendala adalah kualitas yang tidak memenuhi standar koperasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengarahan atau penyuluhan bagaimana cara menghasilkan susu perahan yang berkualitas dan bagaimana meningkatkan hasil susu perahan.
3. Sektor Pariwisata
a. Memberikan penyuluhan atau pengarahan terhadap masyarakat setempat sebagai pelaku ekonomi tentang pentingnya industri pariwisata dalam meningkatkan kegiatan ekonomi.
b. Memfasilitasi masyarakat dalam mendirikan penginapan dengan menyediakan fasilitas kredit yang berbunga rendah.
c. Membangun sarana dan prasarana terutama kemudahan jalan akses masuk dan sarana air bersih.
d. Membuat tempat penangkaran untuk binatang-binatang di sekitar hutan agar tidak mengganggu pemukiman penduduk setempat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dilihat dari sisi ekologis Desa Lencoh memiliki panorama alam yang bagus, udara yang bersih dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Dengan kondisi alam yang berukit-bukit dengan suhu yang sejuk sangat cocok untuk dikembangkan pertanian holtikultura.
2. Dilihat dari kondisi sosiologis Desa Lencoh memiliki sarana pendidikan, kesehatan yang memadai bagi masyarakat sekitar. Tetapi disisi lain mereka kurang menjaga kebersihan lingkungan.
3. Dilihat dari aspek budaya Desa Lencoh memiliki keragaman budaya yang sangat unik. Mulai dari sedekah gunung, bersih desa, seni tari, dan lain-lain merupakan kekayaan yang tersendiri.
4. Dilihat dari aspek ekonomi Desa Lencoh memiliki potensi untuk dikembangkan pertanian holtikultura, peternakan, dan pariwisata. Semua itu didukung oleh kekayaan alam yang mendukung dan masyarakat yang sudah turun-temurun menekuninya terutama untuk pertanian dan peternakan.
B. Saran
1. Masyarakat Desa Lencoh sebaiknya menjaga kebersihan karena itu akan mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut.
2. Pemerintah sebaiknya perlu memperhatikan fasilitas kesehatan di Desa Lencoh ini.
3. Peningkatan kesempatan bagi masyarakat setempat dalam memperoleh input untuk produksi pertaniannyaa, dan pengaturan kualitas susu dan harga untuk perahan susu sehingga petani terhindar dari jeratan fluktuasi harga dan hambatan yang sifatnya kualitatif.
4. Pembangunan pariwisata akan sangat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi penduduk setempat. Pembangunan pariwisata ini harus memperhatikan keadaan dan peningkatan potensi kekayaan setempat seperti: budaya, kesenian, dan kekayaan alam.
keren Mbak
ReplyDelete