Dec 18, 2019

Ora Beach : Hidden Paradise nya Indonesia

Kali ini saya akan cerita pengalaman wisata ke Ora Beach. Dimana Ora Beach? Bagi sebagian traveler mungkin sudah familiar ya. Bagi yang belum tau, Ora Beach berada di Ambon, tepatnya Pulau Seram Utara Maluku. Pantai ini berada persis di di tepi hutan Taman Nasional Manusela.

Keinginan ke Ora Beach terbilang cukup dadakan. Seperti biasa saya cenderung memilih ikut trip. Awalnya saya ingin ikut open trip. Namun karena waktu sudah mendekati, open trip sudah full ditambah open trip kesana bisa dibilang tidak banyak. Akhirnya setelah searching di internet, instagram, dan fb, saya memutuskan ikut privat trip 3d2n. Setelah menemukan travel yang pas, saya menghubungi. Mereka menawarkan 3 pilihan, yaitu yang paling murah ambil penginapannya di desa seberang Eco Resort (Saleman,dkk), penginapan lebih mahal kombinasi di Eco Resort dan desa seberangnya, dan yang paling mahal full menginap di Ora Eco Resort. Pilihan tinggal disesuaikan dengan budget masing2. Kemarin saya ambil yang kombinasi, 1 malam menginap di Ora Eco Resort, dan 1 malam nya di Singkey Beach.

Karena trip dimulai pagi hari, saya sudah ambil penerbangan H-1 dan landing di Bandara Pattimura.
Hari pertama cukup saya lalui dengan mengunjungi mall yang dekat penginapan. Jangan berekspektasi seperti mall di kota besar ya. Menurut saya, mall nya masih seperti ITC tapi lebih bagus dikit lah. Satu mall yang agak bagus, saya lupa namanya namun letaknya agak jauh dari penginapan, lebih dekat ke Bandara.

Perjalanan dimulai dengan penjemputan oleh guide dari Penginapan di Kota Ambon. Perjalanan darat selama 1,5 jam ke Pelabuhan Hunimua. Kemudian dilanjut ke Pelabuhan Waipirit dengan menggunakan kapal ferry selama 1,5 jam. Jadwal penyeberangan ada setiap jam. Awalnya sudah dijadwalkan ikut kapal yang sudah dibooking vip nya, namun karena berangkatnya telat, akhirnya harus menunggu kapal pada jam berikutnya dan tidak kebagian kursi.  Setelah sampai di Pelabuhan Waipirit, perjalanan dilanjut menuju Desa Saleman dengan mobil selama 3 jam. Selama perjalanan, kita akan disuguhi pemandangan hutan yang asri di sisi kanan dan kiri jalan. Desa Saleman adalah batas kendaraan darat kalau via Pelabuhan Hunimua-Waipirit. 
Di Desa Saleman tersedia juga beberapa penginapan bagi yang ingin menekan budget seperti yang telah saya sebut sebelumnya. Dari Desa Saleman ini, kita tinggal menyeberang ke The Ora Eco Resort sekitar 10 menit dengan menggunakan kapal kecil.

Sesampainya di The Ora Eco esort, langsung keliling lihat kamar. Penginapan disini berupa cottage. Jadi wajar memang harganya mahal. Berapa harga 1 cottage? Waktu itu pilih tipe kamar di atas laut dengan harga 3,5jt/malam. Harga ini bervariasi tergantung pilihan tipe kamar dan waktu berlibur apakah peak season atau low season. Tipe kamar ada di atas laut, gantung, dan di darat. Tipe di darat adalah tipe yang paling murah. Harga dan ketersedian kamarnya bisa dilihat di internet atau bisa juga di Tra*****a. Bagaimana kira2 penampakan kamarnyaa? This is it
             
Maapkeun kenarsisan saya. Lupa foto kamarnya, hanya sempat video ig story. Jadi setelah masuk cottage yang mana hanya 1 kamar besar dengan toilet luas dan balkon tempat leyeh2, saya langsung keliling menikmati. Indah bukan? Sungguh leyeh2 berhari2 disini ga akan bosan.

Oh ya, fasilitas kamar ada tempat tidur, kamar mandi luas, toiletteries, balkon engkap dengan sofa leyeh2. Bagian depan penginapan terbuat dari kaca luas dan gorden.. Jadi jika ingin tidur atau bangun dengan view pantai, gorden tinggal dibiarkan terbuka saja. Selain fasilitas kamar, harga juga sudah include makan malam dan sarapan pagi ya guys. Setelah leyeh2 sore, pengen rasanya bercebur melihat birunya laut.

Sekitar jam setengah 8 pintu diketuk menginformasikan makan malam sudah siap di resto. Bagaimana view malam dari resto? Beginilah kira2. Saya lupa foto menunya. Tapi menurut saya, makanannya sangat enak semuaaa.
                    
Setelah menikmati makan malam, view pantai, waktunya beristirahat. Cukup menarik merasakan sensasi tidur di atas laut dengan deburan ombak. You should try it!

Pagi-pagi sudah dibangunkan oleh suara ombak. Setelah sikat gigi dan cuci muka, kaki langsung melangkah ke resto. Perut minta diisi. Nah, sarapan pagi kemarin itu saya ambil omlette, susu sereal, dan jus timun. Ketika sarapan, kebanyakan penginap lain adalah orang tua paruh baya dan yang sudah agak berumur beserta keluarga.  Mungkin suatu kebetulan aja haha

           
Nah, setelah selesai menyantap sarapan, langsung lanjut cekrek-cekrek melihat indahntya view dari resto dan spot foto di dekatnya. Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, Pantai ini tepat di depan hutan Taman Nasional, sehingga view hutan masih jelas terlihat. Sungguh, leyeh-leyeh saja menikmati view disini tidak akan bosan berhari-hari.
              
Setelah selesai sarapan dan berfoto, guide mengingatkan untuk segera bersiap untuk tour hari ini dan sekaligus check out (karena saya ambil 1 malam akan dilanjut di Singkey Beach).
Tour hari kedua dimulai dengan penyeberangan 10 menit ke Goa Kelelawar. Disini foto-foto kemudian snorkeling. Terlihat di pinggir pantai menjulang tebing-tebing tinggi.
          
Setelah puas snorkeling di Goa Kelelawar, tour dilanjut ke Air Belanda. Jarak dari Goa Kelelawar ke Air Belanda sekitar 10 menit dengan menggunakan kapal kecil. 
                  
Air Belanda terdapat di Pantai Mata Air Belanda, di Desa Sakai. Sesampainya disana, sempat ragu mau menceburkan diri, karena airnya dingin sekali. Namun karena dorongon dari guide, sayang sekali untuk tidak mencoba, akhirnya saya menceburkan diri juga..rasanya dingin, setengahnya dingin es mungkin hehe.

Di pinggir pantai terlihat tebing batu. Dari dalam tebing batu tersebut, tetesan-tetesan air tersebut bertambah banyak dan perlahan membentuk sebuah aliran sungai yang airnya mengalir pelan ke laut sembari membelah hutan kecil yang ada di Pantai Air Belanda. Menurut guide, sebenarnya nama asli tempat ini bukanlah Mata Air Belanda, tetapi Mata Air Hatu Lohun. Jadi pantai ini merupan pertemuan antara air tawar dan air laut.

Setelah selesai berenang, rasanya perut cukup lapar. Timbullah ide untuk memakan pop mie di satu-satunya warung di pantai ini. Entah kenapa rasa pop mie waktu itu terasa enak sekali hehe
Sekitar pukul 4 sore, guide mengantarkan ke penginapan di Singkey Beach. Menaruh barang sebentar, kemudian menyantap gorengan dan kopi sore hari. Penginapan disini juga saya memilih di atas air. Desain kamar jangan dibandingkkan dengan The Ora Eco Resort lah ya. Namun menurut saya cukup baik. Disini juga disediakan makan malam di resto pinggir pantai

                                  
Nah karena cuaca dingin, perut ingin ngemil, akhirnya kecarian ciki2 alias makanan sehari-hari lah. Sayangnya restonya tidak jual. Akhirnya penjaganya menawarkan diri untuk membeli ke kampung sebelah. Terimakasih,Pak hehe

Pagi sekitar jam 7 setelah mandi, packing dan sarapan, kita pun bergegas meninggalkan pulau kembali ke Kota Ambon.
                               
Nah, ada cerita menarik ketika di tengah perjalanan menuju Pelabuhan Waipirit, yaitu jembatan longsor dan tidak bisa dilalui kendaraan. Menurut info warga, malam sebelumnya hujan deras. Bukan peristiwa jarang jembatan putus. Kondisi/kontur alam disana memang mengharuskan banyak jembatan. Sempat menunggu sekitar 1 jam, namun karena infonya menunggu perbaikan Dinas PU yang bisa jadi 1-2hari, akhirnya guide mengambil inisiatif untuk menitipkan mobilnya di rumah warga dan kita lanjut perjalanan dengan menggunakan ojek. Baru sekitar 15 menit, kita bertemu lagi dengan jembatan yang hampir putus. Namun jembatan ini masih bisa dilalui motor walaupun dengan pelan-pelan dan deg-degan.
           
Sesampainya di Pelabuhan Waipirit, kita menunggu cukup lama sebelum kapal berangkat ke Pelabuhan Hunimua. Kali ini saya kebagian kapal besar dan ruang vip. Untuk dapat ruang vip, bisa di upgrade dari tiket biasa, saya lupa nambah berapa karena sudah dari travel. 

         
Tidak terasa seperti di kapal kan ya hehe. Setelah sampai di Pelabuhan Hunimua, hujan deras sekali. Kita menunggu cukup lama tour menjari mobil sewaan yang akan mengantar kembali ke kota Ambon (mobil travel kan sudah dititip di rumah warga). Awalnya ingin mencoba makan Rujak Natsepa yang sudah legend di tempat. Namun karena sudah malam, akhirnya hanya mampir bungkus dan makan di hotel. Trip Ora selesai. Syukur dapat travel yang tanggung jawab dan bisa cepat ambil solusi. Walaupun tidak sesuai dengan fasilitas yang sudah dibayar, namun begitulah perjalanan. Kondisi alam di luar prediksi. Bersyukur juga tidak ambil penerbangan kembali ke Mamuju di hari yang sama, karena sudah pasti ketinggalan.
                                  
Sesampainya di hotel, saya masih kepikiran keluar menjelajah kota Ambon untuk mencari  oleh-oleh. Dengan bantuan google map, ketemulah tokonya. Dalam kota saya naik grab. Jadi sudah ada grab disana guys hehe. Cuma tarif disana minimal 35rb ya. Duit 35rb di Ambon tidak kemana haha. Di Mamuju padahal Cuma 15rb minimal grabcar.
             
Panjang ya perjalanan untuk sampi ke The Ora Eco Resort haha.. Ribet berganti-ganti moda transportasi? Ini sebenarnya pertimbangan mengapa Travelnya menjadwalkan lewat Pelabuhan Hunimua karena penyeberangan melalui Pelabuhan Hunimua, terdapat jadwal keberangkatan kapal setiap jam. Selain rute ini, ada rute lain yang lebih cepat, naik kapal cepat langsung 4 jam penyeberangan langsung sampai di Ora Eco Resort tanpa berganti-ganti moda transportasi. Namun jarak jadwal antar kapal cepat lama yaitu 4 atau 6 jam sekali. Jadi sekalinya jadwal tidak pas, bisa menunggu setengah hari atau bahkan menyeberang hari.
Tapi sejauh apapun perjalanannya, menurut saya sangat rekomended dan harus dicoba. Sungguh. Sebelum ke Maldives, tidak ada salahnya menjelajah Maldivesnya Indonesia dulu.

Sebagai tips yang mau kesana, kalau jangan lupa bawa cemilan banyak karena susah mencari warung di Ora Eco Resort maupun di Desa Saleman.

No comments:

Post a Comment